Taliban Sedang Mendorong Tiongkok Berinvestasi di Afghanistan, Tetapi Itu Bukan Hal yang Mudah

 Taliban Sedang Mendorong Tiongkok Berinvestasi di Afghanistan, Tetapi Itu Bukan Hal yang Mudah
Menlu Wang Yi mengundang kepala politik Taliban Mullah Abdul Ghani Baradar untuk bertemu di Tianjin bulan lalu.  (AFP: Li Ran | Xinhua)

Antara tahun 2019 dan 2020, nilai ekspor Afghanistan ke Tiongkok adalah sekitar Rp770 miliar sementara impor dari Tiongkok  bernilai sekitar Rp1,37 triliun.

Meski perdagangan bilateral masih kecil, investasi langsung Tiongkok ke Afghanistan meningkat 11 persen di tahun 2020.

Lembaga yang bernama Pusat Pertukaran Ekonomi Tiongkok, salah satu lembaga berpengaruh di negara tersebut, mengatakan bahwa ini adalah waktu yang paling baik bagi perusahaan Tiongkok untuk masuk ke Afghanistan. 

Dan bidang pertambangan adalah salah satu industri yang menarik perhatian Tiongkok di Afghanistan.

Sumber daya pertambangan Afghanistan susah digali 

Di tahun 2010, sebuah laporan Amerika Serikat menyebutkan potensi pertambangan Afghanistan bernilai lebih dari 1 triliun dolar Amerika Serikat, sementara menteri pertambangan Afghanistan mengatakan potensinya tiga kali lebih besar dari perkiraan tersebut.

Tetapi Professor Gu Xuewu, Direktur Pusat Studi Global di University of Bonn di Jerman mengatakan bahwa sumber daya alam Afghanistan bukan motif utama investasi Beijing di sana.

"Lebih mahal biaya untuk menggali sumber daya pertambangan di sana dibandingkan di tempat lain," katanya.

Raffaello Pantucci, peneliti senior di lembaga pemikir Royal United Services Institute di Inggris mengatakan kepada ABC bahwa perusahaan Tiongkok tertarik dengan sumber daya alam Afghanistan, tetapi melakukannya bukan hal yang mudah.

Tiongkok sudah lama berencana untuk mengembangkan proyek Belt and Road Initiative (BRI) di Afghanistan

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News