Tamu-Tamu dengan Persoalan Keluarga

Oleh Dahlan Iskan

Tamu-Tamu dengan Persoalan Keluarga
Dahlan Iskan. Foto: Chandra Satwika/Jawa Pos

Dia minta keputusan saya. Apa pun yang saya putuskan dia akan ikuti. Saya minta dia saja yang memutuskan. Ini menyangkut kehidupannya. Dia yang paling tahu. Tapi, dia terlalu bingung. Karena menyangkut ibu yang sangat dihormatinya.

Maka saya putuskan: lupakan pacarnya. Kembali bekerja. Rayulah ibunya. Agar segera menikah lagi. Tidak usah tunggu anaknya. Saya jelaskan alasan-alasan saya. Juga cara-cara meyakinkan ibunya.

Saat pamit, dia merasa lega. Masa cutinya tinggal lima hari saja.

Yang tidak kalah rumit adalah tamu kedua. Sebetulnya juga tidak rumit. Bahkan mestinya menyenangkan. Rumah tangganya rukun. Sang suami insinyur mesin. Istrinya insinyur kimia. Bekerjanya di perusahaan raksasa. Jabatannya tinggi luar biasa. Masih pula punya usaha. Bahkan beberapa.

Anaknya satu. Putri. Cantik. Genius.

Lho kan tidak ada masalah.

Saya kaget. Ternyata ada masalah besar. Punya anak terlalu pandai ternyata tidak mudah. Tidak seperti yang kita bayangkan. Atau impikan. Ayah ibunya itu ternyata luar biasa susahnya. Dan ternyata yang lebih menderita lagi adalah anaknya.

Mempunyai anak superpandai ternyata tidak mudah. Padahal, saat ini banyak orang tua yang sampai memaksa anaknya agar juara. Ternyata memerlukan kriteria khusus menjadi orang tua bagi anak yang istimewa.

Di antara tamu-tamu saya, hari itu ada dua yang membawa masalah keluarga. Pertama seorang perjaka. Umur 25 tahun. Kerja sebagai operator turbin.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News