Tanaman Ghat Ala 'Raffi' Ditanam Bebas di Bogor

Sebulan, Nilai Bisnis Capai Rp6,1 Miliar

Tanaman Ghat Ala 'Raffi' Ditanam Bebas di Bogor
Kawasan Puncak Bogor. Ilustrasi Foto: Radar Boogor/dok.JPNN.com
Tanaman khat alias ghat di kawasan Cisarua, Puncak, ternyata bukan sekadar tanaman liar. Tanaman yang digadang-gadang berasal dari Timur Tengah ini rupanya sengaja ditumbuh kembangkan. Penelurusan Radar Bogor (Grup JPNN) menemui fakta yang mencengangkan. Dalam sebulan, lalulintas perdagangan tanaman yang dikenal sebagai bahan narkoba ala Raffi Ahmad itu bisa mencapai Rp6,1 milyar.

Berbagai cerita lahir soal muasal ghat hadir di kawasan Puncak. Kebanyakan sepakat, ghat dibawa oleh turis dan diberikan kepada penduduk lokal untuk ditanam. Hingga dekade berganti, ghat tumbuh subur dan menjadi salah satu komoditi pariwisata. Tanaman ini menjamur di beberapa titik di Kecamatan Cisarua, tepatnya di Desa Tugu Utara, Tugu Selatan dan Desa Cilember.

“Banyak yang menanam kecil-kecilan. Kalau skala besar hanya beberapa saja,” tukas Sekretaris KNPI Kecamatan Caringin, Rudi Hasan kepada Radar Bogor (Grup JPNN).

Menurutnya, di kawasan Tugu Utara terdapat tiga lahan perkebunan ghat seluas 200 hingga 500 meter persegi. Sedangkan di Tugu Selatan, terdapat lima kebun petak-petak dengan ukuran yang kurang lebih sama. Pemandangan berbeda terlihat di Desa Cilember. Di kawasan ini, petani menjalani bisnis ghat lebih serius dengan menanamnya dalam skala besar. Di sini kebun ghat bisa mencapai tiga hektar.

“Belum lagi beberapa lahan yang berada di villa-villa. 75 persen villa di tiga desa itu menanam Ghat. Kebun seluas 100 meter persegi bisa ditanami sebanyak 500 pohon Ghat. Tiga hektar ya sekitar 150 ribu pohon,” paparnya.

Ketika panen, petani bisa menjual lima kilogram ghat segar dengan keuntungan Rp5 Juta per hari. Tanaman ini dijual dengan ukuran kantong plastik seberat 5 Ons. Dalam sebulan, seorang petani bisa mengantongi Rp560 Juta. Sehingga omset yang didapatkan sebelas petani yang diketahui menanam ghat secara serius mencapai Rp6,1 miliar per bulan.

Mananam ghat cukup mudah dan tak perlu perlakuan khusus. Seperti penuturan Ruli Hadi (51), warga RT 02/12 Kampung Bojongkawung, Desa Tugu Utara yang memiliki kebun ghat seluas 200 meter. Ia mengaku dapat menjual ratusan kantong plastik ghat dalam sehari.

“Saya biasa jual 10 sampai 12 kantong kresek setiap hari. Segenggam bisa dengan harga Rp100 sampai dengan Rp500 ribu,” ungkapnya.

Tanaman khat alias ghat di kawasan Cisarua, Puncak, ternyata bukan sekadar tanaman liar. Tanaman yang digadang-gadang berasal dari Timur Tengah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News