Tanaman Ghat Ala 'Raffi' Ditanam Bebas di Bogor

Sebulan, Nilai Bisnis Capai Rp6,1 Miliar

Tanaman Ghat Ala 'Raffi' Ditanam Bebas di Bogor
Kawasan Puncak Bogor. Ilustrasi Foto: Radar Boogor/dok.JPNN.com
Ruli menjelaskan, ada tiga kualitas ghat yang ditentukan berdasarkan jenis. Di antaranya, jenis hijau, kemerah-merahan dan merah terang. Untuk ghat hijau, biasanya petani menjual ke tengkulak seharga Rp50 ribu sampai Rp100 ribu. Sedangkan ghat jenis kemerah-merahan bisa mencapai Rp100 sampai Rp150 ribu.

“Harga untuk yang merah terang lebih mahal. Bisa Rp500 ribu. Jenis ini yang kualitasnya paling bagus,” cetusnya.

Terpisah, Ketua Forum Komunikasi Pemuda Pencegahan Penanganan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba Kabupaten Bogor, Dian Firmansyah mengatakan, hingga saat ini pihaknya belum bisa berbuat banyak. Ia masih menunggu penelitian yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN).

“BNN telah mengambil sampel. Belum pasti kapan bisa diumumkan hasil penelitian itu,” tukasnya.

Sementara itu, menurut Direktur Riset dan Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Iskandar Zulkarnain Siregar, penelitian tentang tanaman ghat/ghat sudah dilakukan sejak tahun 1950-an. Awalnya para ahli meneliti khasiat tanaman ini sebagai bahan obat-obatan. Namun karena menimbulkan dampak buruk dan candu, tanaman ini menjadi daftar hitam bahan obat.

“Secara khusus, kami belum pernah melakukan penelitian untuk jenis tanaman ini. Namun sudah ada ratusan literatur hasil penelitian yang bisa membantu aparat mengidentifikasi,” kata dia.

Mengutip berbagai literatur, ternyata dampak buruk dari tanaman ini sungguh mengerikan. Zat-zat yang terkandung dalam tanaman ghat dapat menyebabkan gangguan kejiwaan. Seperti pernah dilaporkan, seorang papa warga Somalia berusia 22 tahun, mengalami halusinasi hebat akibat konsumsi ghat. Dia tak memiliki nafsu makan, insomnia dan khayalan berlebihan. Berbicara dan tertawa sendiri, dan mengakui mengalami halusinasi visual dalam bentuk adegan orang-orang yang disiksa.

Belum lagi dampak buruk yang ditimbulkan tanaman ini di sektor sosial-ekonomi. Penelitian di sejumlah Negara yang masyarakatnya aktif mengonsumsi ghat, menunjukan dampak penurunan produktivitas ekonomi hingga masalah kesehatan. Pengangguran, kemiskinan, gizi buruk, motivasi kerja berkurang, rusaknya rumah tangga perilaku kriminal dan bahkan prostitusi.

Tanaman khat alias ghat di kawasan Cisarua, Puncak, ternyata bukan sekadar tanaman liar. Tanaman yang digadang-gadang berasal dari Timur Tengah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News