Tanamkan Jiwa Kewirausahaan Bukan Ajari Anak Jualan di Sekolah

Tanamkan Jiwa Kewirausahaan Bukan Ajari Anak Jualan di Sekolah
Praktisi Pendidikan Anak Weilin Han. Foto: Istimewa for JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Praktisi Pendidikan Anak Weilin Han menyoroti metode pembelajaran entrepreneurship yang diajarkan di sekolah-sekolah. Sekolah lebih fokus pada bagaimana anak bisa jualan dan menghasilkan keuntungan.

"Entrepreneurship tidak bisa diterjemahkan hanya dengan startup atau wirausaha. Entrepreneurship itu soft skill yaitu bagaimana si anak berani mencoba, mandiri, tanggung jawab, disiplin dan punya daya lenting. Kalau mudah patah semangat tidak bisa maju," kata Weilin yang ditemui usai bincang edukasi bertema “Nurturing Entrepreneurship Learning with Academic Excellence for 4.0 Generation” di Sekolah Citra Kasih Don Bosco, Jakarta Selatan, Sabtu (26/10).

Dia melanjutkan, menjadi pengusaha itu adalah salah satu cara jadi entrepreneur. Namun, entrepreneurship yang diambil adalah soft skill-nya. Di belakang itu ada karakter-karakter. Sejak kecil anak diajarkan tanggung jawab meski sederhana.

"Misalnya anak kelas 1 SD disuruh menghitung jumlah kausnya. Warna putih ada berapa, biru juga berapa. Dari situ anak bisa tahu jumlah kausnya ternyata banyak ya. Si anak akan tahu apakah dia perlu kaus sebanyak itu atau tidak. Berarti dalam mengembangkan entrepreneurship belajar menahan diri. Membedakan mana kebutuhan dan tidak," bebernya.

Dia menegaskan, mengajarkan anak tentang entrepreneurship dengan cara jualan itu sempit sekali. Jualan itu hanya latihan.

"Jadi metode yang diajarkan di sekolah harus diperbaiki. Ajari anak tentang entrepreneurship dengan yang sesederhana mungkin agar mereka paham," tegasnya. (esy/jpnn)

Entrepreneurship tidak bisa diterjemahkan hanya dengan startup atau wirausaha tetapi bagaimana si anak berani mencoba, mandiri, tanggung jawab.


Redaktur & Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News