Tanjidor, Sampah dan Menara Gading

Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
Tanjidor, Sampah dan Menara Gading
Adapun "dor", tak lain karena musik ini penuh dengan bunyi "dar-der-dor." Mirip lagu mars Eropa.

Maka ketika duet JK-Win bersama rombongan berjalan kaki ke kantor KPU untuk mendaftarkan diri, bulu kuduk saya bergidik. Soalnya, arak-arakan JK-Win itu diiringi oleh musik tanjidor yang mulai menyusut sejak film masuk kampung melalui Panggung Hiburan Rakyat, layar tancap maupun televisi.

Memang, dalam sejarahnya, tanjidor adalah perpaduan musik asli Betawi dengan Eropa, India, Cina, Melayu dan Arab, sehingga sangat inklusif (terbuka) dan demokratis, seperti halnya pilpres.

Bagi etnik Betawi, segala yang tumbuh dan berkembang di Jakarta adalah kebudayaan Betawi juga. Kesenian Betawi bertumbuh di tengah-tengah rakyat. Spontan, sederhana dan populis.

MENIMBANG-NIMBANG duet JK-Win (Jusuf Kalla-Wiranto), saya terkenang Engkong Said, pemain tanjidor Betawi di Jalan Sagu, Jakarta Selatan. Kesan yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News