Tanpa Jumbo

Oleh: Dahlan Iskan

Tanpa Jumbo
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com - MENGAPA Hong Kong disebut surga makanan? Banyak ahli berdebat soal mengapa. Kesimpulannya: koki terbaik berkumpul di Hong Kong. Mereka mencari penghasilan yang lebih baik.

Ahli bubur pindah ke Hong Kong. Ahli seafood apalagi. Ahli sayur pun mengikuti. Tentu juga ahli masakan babi.

Mungkin Anda punya teori sendiri. Apalagi Anda sudah tahu: Tiongkok itu miskin sekali. Setidaknya sebelum tahun 2000. Selama 80 tahun sebelum itu.

Baca Juga:

Di masa itu, yang kaya pindah dari Tiongkok. Untuk mengamankan kekayaan. Yang miskin juga pindah. Untuk keluar dari kemiskinan. Yang pintar pun ikut pindah –untuk bisa menerapkan kepintarannya.

Di negara miskin, sepintar-pintar juru masak akan kalah. Pilihan-pilihan bahan makanannya kalah bermutu. Mau cari yang bermutu jatuhnya akan mahal. Daya belinya tidak ada.

Yang punya daya beli adalah Hong Kong. Pun Singapura masih sangat miskin kala itu. Hong Kong telah menjadi Eropa di Timur. Di bawah pemerintahan Inggris.

Baca Juga:

Hong Kong telah menjadi pusat perdagangan Asia. Pelabuhannya yang terbaik saat itu: dalam, tidak ada pendangkalan dan tanpa ombak, terlindung oleh pulau. Sistem hukumnya juga menjamin kepastian usaha.

Begitulah hukum alamnya. Keahlian mengalir ke mana-mana mengikuti uang.

Mungkin Anda punya teori sendiri. Apalagi Anda sudah tahu: Tiongkok itu miskin sekali. Setidaknya sebelum tahun 2000. Selama 80 tahun sebelum itu.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News