Tatkala Perempuan India Dibekap Kengerian Pemerkosaan

Saat Senja Tak Ada Yang Berani Keluar

Tatkala Perempuan India Dibekap Kengerian Pemerkosaan
Tatkala Perempuan India Dibekap Kengerian Pemerkosaan

PEMBUNUHAN yang mewarnai pemerkosaan massal pekan lalu mengubah wajah Katra Shahadatganj. Setelah senja datang, desa di sisi utara India itu bagaikan wilayah yang tidak berpenghuni. Tidak ada seorang gadis pun yang berani meninggalkan rumah.
    
"Sejak insiden itu, kami (perempuan) menjadi jauh lebih penakut dari sebelumnya," kata Maharani Devi, salah seorang penduduk perempuan, kemarin (1/6). Dia lantas bercerita tentang aksi keji yang menimpa dua remaja putri di Negeri Taj Mahal tersebut.

Dua korban itu meregang nyawa di tangan sekelompok penjahat seksual setelah menjadi korban penculikan dan pemerkosaan.
 
Devi yang berasal dari keluarga buruh tani menyatakan, ritual mengirim makanan dan minuman ke sawah atau ladang pun tidak ada lagi. Anak-anak gadis yang biasanya mengantar makanan dan minuman ke ayah atau saudara laki-laki mereka yang bekerja di sawah atau ladang tidak mau lagi menempuh perjalanan berisiko itu.
    
"Kini tidak ada anak gadis yang pergi ke ladang dan sawah. Apalagi setelah petang," ujar Om Vati. Pria 75 tahun tersebut menuturkan, perempuan muda sering menjadi korban kejahilan pria. Bukan hanya kekerasan fisik atau seksual, tetapi juga mental. Karena itu, tidak ada remaja putri yang berani pergi ke ladang seorang diri. Bahkan, jika hanya ada seorang teman, mereka pun cenderung takut.
 
Selain mengubah kebiasaan mengirim makanan dan minuman ke ladang atau sawah, angka kejahatan seksual dan kriminalitas yang tinggi terhadap perempuan di India memengaruhi budaya kebersihan warga. Khususnya warga Katra Shahadatganj. Sebab, sebagian besar penduduk tidak memiliki toilet di rumah mereka. Selama ini mereka membuang hajat di sungai atau tempat terbuka lain.
 
Insiden pekan lalu yang menimpa dua remaja berusia 12 tahun dan 14 tahun itu juga bermula dari toilet. Lantaran tidak memiliki toilet, dua gadis malang tersebut terpaksa pergi ke luar rumah untuk buang hajat. Saat itulah mereka menjadi korban kebiadaban sekelompok laki-laki. Kini mimpi buruk tersebut menghantui seluruh perempuan India yang tidak memiliki toilet di rumah.
    
"Dampak insiden tersebut benar-benar tidak bagus bagi kami. Perempuan tidak lagi bisa bebas beraktivitas di luar rumah," ungkap Devi. Apalagi buang hajat di tempat terbuka hanya bisa dilakukan dengan bebas ketika malam atau setelah gelap datang. Ibu lima anak itu berharap aparat bisa menjamin keamanan yang lebih baik bagi kaum perempuan.
 
Berdasar data UNICEF, sekitar 594 juta atau sekitar 50 persen dari total penduduk India masih buang hajat di tempat terbuka. Terutama mereka yang tinggal di wilayah terpencil dan desa-desa miskin. Misalnya, Badaun di Negara Bagian Uttar Pradesh.   "Sekitar sepertiga perempuan India terpaksa pergi ke  toilet alam  saat malam karena tidak mau terlihat orang lain," jelas Carolyne Wheeler.
 
Wheeler yang merupakan aktivis WaterAid itu menambahkan, perempuan India biasanya pergi ke toilet alam bersama seorang teman. Demi kenyamanan, mereka cenderung memilih teman perempuan. Itulah yang membuat para perempuan di desa terpencil atau wilayah miskin rawan menjadi korban kejahatan seksual.
 
Dalam kampanyenya sebelum terpilih sebagai kepala pemerintahan, Perdana Menteri (PM) Narendra Modi berjanji memperbaiki sistem sanitasi India.  "Toilet dulu, baru tempat ibadah," papar politikus sayap kanan itu beberapa waktu lalu.

Namun, sejauh ini Modi belum membeberkan program nyata mengenai sanitasi yang menjadi pemicu tingginya kejahatan seksual terhadap perempuan itu. (AFP/hep/c15/dos)

 


PEMBUNUHAN yang mewarnai pemerkosaan massal pekan lalu mengubah wajah Katra Shahadatganj. Setelah senja datang, desa di sisi utara India itu bagaikan


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News