Teka-Teki Masa Depan BUMN Korut

Oleh Dahlan Iskan

Teka-Teki Masa Depan BUMN Korut
Dahlan Iskan memotret panorama Pyongyang di Korea Utara dengan ponselnya. Foto: disway.id

Perusahaan-perusahaan besar swasta Tiongkok saat ini umumnya berangkat dari cara berpartner seperti itu. Yang masih dimiliki negara adalah yang besar-besar. Dan yang strategis.

Itu pun hanya sebagian yang masih 100 persen milik pemerintah. Sebagian lagi saham pemerintah tinggal 75pct. Atau 50 pct. Atau lebih kecil lagi.

Saya belum tahu model apa yang akan ditempuh Korea Utara. Kalau akan mengubah sistem ekonominya.

Yang jelas kondisi ekonomi Korut sekarang beda dengan Tiongkok 1970. Tidak semiskin Tiongkok waktu itu. Penduduk Korut juga hanya 25 juta orang. Beda dengan beban Tiongkok yang 1,3 miliar.

Korut juga sudah mulai mengenal joint venture. Salah satu dari dua perusahaan telkomnya dijoinkan dengan Orascom. Perusahaan terbesar di Mesir.

Itu menimbulkan pertanyaan besar: mengapa pilihannya swasta Mesir. Aneh sekali. Jauh sekali.

Mengapa, misalnya, bukan dari Tiongkok. Mengapa bukan dari Singapura. Mengapa bukan Telkomsel.

Demikian juga salah satu gedung baru di Pyongyang. Juga patungan dengan swasta Mesir itu.

Saya belum tahu masa depan bentuk BUMN di Korut. Jangan-jangan akan ikut cara Singapura. Perusahaan negara tetap eksis. Sebagai raja. Tapi swasta boleh ada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News