Teknologi Digital ANRI Terancam Mubazir

Teknologi Digital ANRI Terancam Mubazir
Teknologi Digital ANRI Terancam Mubazir
Lebih rinci, Supriyadi menjelaskan bahwa dalam pengadaan barang tersebut, ANRI membagi tender menjadi dua. Yang pertama dengan alokasi dana Rp 5.090.000.000. Di mana dalam tender pertama tersebut, ada tujuh perusahaan yang mengikuti seleksi. "Namun, ada 4 perusahaan yang ikut di bawah PT Abatha Hasta Persada yang beralamat di Jalan Raya Mabes TNI No 55, Cilangkap, Jaktim, dengan kontak person Bayu Pamungkas," imbuhnya.

Pemenang tender tersebut (akhirnya) adalah PT Abatha, dengan tawaran harga Rp 4.965.000.000, (meski) tanpa dokumen pendukung dari distributor resmi dari pihak RTI. "Mereka mengalahkan kompetitor lainnya, (yakni) PT Loserindo Megah Permai dengan harga tawaran lebih rendah yakni Rp 4.906.000.000," ungkap Supriyadi.

"Yang mengkhawatirkan kita, hingga tahun 2011 ternyata pihak RTI yang juga pemegang lisensi internasional atas produk teknologi D-Archive produk Italia, tidak memberikan garansi kepada perusahaan India tersebut di atas. Karena menurut keterangan pihak produsen D-Archive di Italia, terungkap bahwa teknologi itu dibeli oleh trading di India untuk kebutuhan India, bukan Indonesia," tegasnya.

Kenyataannya, menurut Supriyadi pula, barang tersebut (malah) dikirim ke Singapura dan selanjutnya dikirim ke Jakarta. Makanya, perlu dicek proses impor yang dilakukan PT Abatha dari Singapura ke Jakarta. "Apakah melalui saluran resmi bea cukai, apa tidak? Mengingat pada waktu distributor resmi di Jakarta menawarkan dengan PPN, mereka menolak," kata Supri lagi.

JAKARTA - Aktivis Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI), Supriyadi mengatakan, teknologi digital Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI) yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News