Teletong

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Teletong
Ilustrasi. Grafis: Rahayuning Putri Utami/JPNN.com

Kasus-kasus yang diungkapkan oleh Phillips sebenarnya merupakan penipuan terencana dan berskala besar. Penipuan itu sejenis organized crime, kejahatan terencana, yang melibatkan orang-orang profesional dari kalangan bangsawan, pengusaha, dan orang perbankan. Penipuan semacam investasi bodong dalam skala besar, ternyata sudah menjadi tradisi lama sejak masa-masa awal kemerdekaan Amerika Serikat. Begitu temuan Phillips.

Salah satu temuan Phillips yang mencengangkan adalah bahwa pelaku omong kosong dan penipuan itu tidak hanya melibatkan bangsawan dan pengusaha hitam yang busuk. Salah pelaku teletong ulung itu adalah Benjamin Franklin (1706-1790), salah satu pahlawan, negarawan, dan founding fathers Amerika Serikat.

Franklin adalah orang dengan banyak keahlian. Dia adalah seorang wartawan, penerbit, ilmuwan sosial, diplomat, dan pemimpin revolusi Amerika Serikat, dan salah satu penandatangan Deklarasi Kemerdekaan Amerika 1776.

Bukti-bukti sejarah yang dikumpulkan Phillips banyak mengungkap omong kosong dan teletong maupun aksi tipu-tipu yang dilakukan Benjamin Franklin.

Benang merah yang disimpulkan Phillips adalah bahwa negara sebesar Amerika pun berdiri di atas bangunan teletong omong kosong. Karena itu, kalau Amerika pernah punya presiden seperti Donald Trump yang suka omong teletong, dan terang-terangan berbohong kepada rakyat, hal itu adalah sebuah kutukan sejarah.

Kita di Indonesia belakangan ini juga sedang ramai berbicara mengenai aneka omong kosong dan teletong yang melibatkan pada pejabat. Mereka dianggap omong teletong dan menipu rakyat karena tidak sesuai antara janji dan bukti.

Munculnya gelar "King of Lip Service" mungkin, bisa dilihat dalam perspektif omong teletong ala Phillips. Sejarah memang berulang di mana-mana. Kita hanya bisa berharap Indonesia tidak mengalami kutukan sejarah dengan munculnya presiden penipu seperti di Amerika Serikat. (*)

Semoga Indonesia tidak mengalami kutukan sejarah dengan munculnya presiden penipu.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News