Tembak Menembak

Oleh: Dahlan Iskan

Tembak Menembak
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Ada juga yang disobek-sobek untuk dimasukkan toilet. Trump diberitakan punya kebiasaan itu: membuang sobekan dokumen ke kloset. Lalu di-flush. Media penting Amerika baru saja memuat foto sobekan dokumen yang masih tersisa di dasar closet. Masih terbaca nama seseorang di kertas itu. Di balik air kloset yang jernih.

Anggota DPR itu, Perry, juga sering ke Gedung Putih. Terutama di hari-hari akhir tersebut. Bahkan Perry sempat memaksa Trump agar Jaksa Agung diganti.

Jaksa Agung saat itu dianggap kurang membela Trump –dalam menggagalkan hasil Pilpres 2020.

Perry membawa nama calon penggantinya: Jeffry Clark. Itu bukan nama tokoh penting. Juga bukan pejabat elite di Departemen Kehakiman. Ia salah satu dari banyak asisten di lembaga itu. Namun, Clark menjamin bisa membuat hasil Pilpres berubah.

Perry terus mendesak Kepala Staf Gedung Putih Mark Meadows, untuk segera memproses pengangkatan Clark. Trump, katanya, perlu Jaksa Agung yang bisa diandalkan.

"Waktunya sudah mepet," ujar Perry pada CNN yang jadi sumber tulisan ini. Ia mengingatkan waktu berjalan terus. Dengan cepat. "Tinggal 11 hari lagi sudah tanggal 6 Januari," ujar Perry. Itulah tanggal pengesahan hasil Pilpres. Lalu, 25 hari lagi Presiden baru sudah harus dilantik.

Kalau sampai tanggal 6 Januari hasil Pilpres disahkan di Senat Amerika, fatal bagi Trump. Keinginannya jadi presiden lagi wassalam.

Sebenarnya tanggal 6 itu hanya pengesahan formalitas. Suara Pilpres sudah disahkan di masing-masing negara bagian.

TEMBAK-menembak ini seru sekali. Selama lima jam. Motifnya jelas: politik. Si Penembak marah karena rumah tokoh politik pujaannya digeledah.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News