Tenaga Infal Bisa Bertarif Rp 250 Ribu per Hari

Tenaga Infal Bisa Bertarif Rp 250 Ribu per Hari
Pemilik agensi penyalur tenaga kerja, Amalaiyatul Ulya (kiri) dan pegawainya sedang melayani pencari tenaga infal di libur Lebaran. Foto: AHMAD SYARIFUDIN/RADAR JOGJA

Puluhan tenaga infal ditempatkan ke berbagai daerah oleh Ulya. “Sejauh ini, sudah ada 40 orang. Dan terus bertambah. Tahun ini cukup banyak. Beberapa penyalur se-Indonesia mengalami penurunan. Sekitar 50 persen,” jelas Ulya.

Dia melihat tenaga kerja ART semakin langka. “Mungkin karena pekerjaannya berat. Secara penghasilan relatif kecil,” kata Ulya.

Secara beban kerja, jam kerja ART lebih fleksibel sehingga rawan dipekerjakan melebihi kemampuannya. Berbeda dengan tenaga home care yang semakin membeludak. Namun permintaannya sangat kecil.

“Sebenarnya, home care itu tanggung jawabnya lebih besar,” kata Ulya.

Walaupun hanya fokus pada seseorang, tenaga home care harus siap 24 jam jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Dia harus mengerti kondisi kesehatan pasien dan mengoperasikan alat kesehatan yang digunakan.

Sedangkan untuk jenis pekerjaan lain, relatif lebih berimbang antara permintaan dan penawaran. Mulai dari pendamping lansia, balita, bayi, anak, kebutuhan khusus, dan tenaga kebersihan. Secara umum, tenaga infal memang cukup diminati. Bagi sebagian pencari kerja, ini merupakan peluang.

“Terutama bagi orang yang sangat membutuhkan uang. Penghasilannya bisa dua sampai tiga kali lipat daripada tenaga reguler. Setidaknya Rp 200 ribu per hari,” kata Ulya.

Salah seorang tenaga infal, Muhammad Mujib, bisa mengantongi Rp 250 ribu per hari. Tahun ini dia menerima pekerjaan infal home care di Jakarta selama 15 hari. Namun, dia harus rela tidak menikmati momen Lebaran bersama keluarga.

Salah seorang tenaga infal, Muhammad Mujib, bisa mengantongi Rp 250 ribu per hari selama masa lebaran.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News