Tenaga Kesehatan Asal Indonesia Ikut Menjadi Garda Terdepan Saat Pandemi di Australia
Masih terbuka mendengar saran
Baik Diena maupun Maya mengatakan kekhawatiran terbesar dari pasien mereka adalah soal keamanan vaksin.
"Orang-orang mengira vaksin dibuat terburu-buru dalam waktu kurang dari setahun," kata Maya.
"Untuk mendapatkan persetujuan, [vaksin] selalu harus melalui tahap uji coba penting. Yang dipercepat hanya adalah aspek logistik, sementara penelitian dan hal-hal medis dan klinis masih sama," jelasnya.
Kemudian setelah itu mereka harus berhadapan dengan pertanyaan efek samping vaksin, khususnya AstraZeneca.
"Media selalu menyebutkan isu penggumpalan darah dari AstraZeneca tanpa benar-benar mendiskusikan hal lain, jadi pasien ketakutan dengan penggumpalan darah itu."
Pemberitaan di media soal penggumpalan darah menyebabkan jumlah peminat vaksin AstraZeneca menurun, sehingga Diena harus menjelaskannya kepada para pasiennya yang bertanya.
"Kami menjelaskan kepada mereka bahwa risiko terjadinya penggumpalan darah dari vaksin AstraZeneca, jauh lebih jarang dibandingkan dengan penggumpalan darah yang disebabkan oleh infeksi COVID-19 itu sendiri."
Diena mengatakan banyak pasiennya yang sering membaca informasi tidak akurat dari luar negeri melalui jejaring sosial, seperti WhatsApp dan Facebook.
Diena Said adalah salah satu dokter asal Indonesia yang ikut jadi bagian penting saat Australia berupaya menekan angka penularan kasus COVID-19
- Dunia Hari Ini: Timnas Indonesia Mengalahkan Korea Selatan Dalam Piala Asia U-23
- 389 PPPK 2023 Terima SK, Semuanya Tenaga Kesehatan
- Kemenkes Butuh 5.500 Tenaga Kerja untuk 4 RS Baru Milik Pemerintah
- Dunia Hari Ini: Pendiri Mustika Ratu Tutup Usia
- Kenapa Ibu Negara Masih Akan Sangat Berpengaruh di Indonesia?
- Dunia Hari Ini: Gadis 14 Tahun Dinobatkan sebagai Olahragawan Aksi Terbaik