Tengah Malam Menangis saat Dua Anaknya Minta Uang Kuliah
Sedikit untuk makan, sedikit untuk sekolah, sedikit untuk modal jualan hari berikutnya. Apapun yang terjadi, ia tak ingin anak-anaknya putus sekolah.
"Kalau dapat Rp 50 ribu, saya simpan Rp 10 ribu untuk sekolah anak-anak," kisahnya.
Jika siang hari Maan tampak tangguh, berbeda halnya kala malam datang. Ia kerap menangis memandangi empat anaknya yang lelap. ”Karena sedih membayangkan nasib anak-anak saya ke depan," ungkapnya.
Dua tahun pascameninggalnya Fayakun, putri sulung mereka Hadijah lulus SMA. Hadijah langsung menikah dan ikut suaminya ke Tobelo, Halmahera Utara.
Ia tak melanjutkan pendidikannya. Maan bertekad adik-adik Hadijah harus sekolah lebih tinggi lagi.
Pada 2007, Ismun menamatkan SMA-nya dan berangkat ke Makassar untuk kuliah. Malang, ijazahnya tercecer dan tak dapat ditemukan hingga pendaftaran seluruh perguruan tinggi tahun itu ditutup.
Setelah itu, ijazahnya baru ditemukan. Keinginan Ismun untuk kuliah terpaksa ditunda tahun berikutnya.
Ismun lalu mendaftarkan diri di Universitas Muhammadiyah Maluku Utara (UMMU) yang ada di Ternate pada 2008.
Mengandalkan biaya kuliah dua anak dengan penghasilan sebagai seorang penjual roti bukanlah perkara mudah. Tapi Allah Maha Adil.
- Ninis Kesuma Adriani, Srikandi BUMN Inspiratif di Balik Ketahanan Pangan Nasional
- Dulu Penerjemah Bahasa, kini Jadi Pengusaha Berkat PTFI
- Mengintip Pasar Apung di KCBN Muaro Jambi, Perempuan Pelaku Utama, Mayoritas Sarjana
- Tony Wenas, Antara Misi di Freeport dan Jiwa Rock
- Hujan & Petir Tak Patahkan Semangat Polri Sampaikan Pesan Pemilu Damai ke Wilayah Terluar Dumai
- Tentang Nusakambangan, Pulau yang Diusulkan Ganjar Jadi Pembuangan Koruptor