Terlalu Prematur Mengaitkan Penangkapan Djoko Tjandra dengan Calon Kapolri

Terlalu Prematur Mengaitkan Penangkapan Djoko Tjandra dengan Calon Kapolri
Buronan kasus korupsi pengalihan hak tagih (cessie) Bank Bali Djoko Tjandra (tengah) yang ditangkap di Malaysia. Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat komunikasi politik Emrus Sihombing menilai terlalu prematur mengaitkan penangkapan Djoko Tjandra (DT) dengan sosok calon Kapolri menggantikan Jenderal Idham Azis yang pensiun tahun depan.

Emrus mengaku termasuk salah satu yang memberikan apresiasi tinggi kinerja Mabes Polri menangkap Djoko oleh tim yang dipimpin langsung Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit Prabowo.

"Namun terlalu prematur bila hanya berlandaskan prestasi yang satu ini, ada aktor tertentu mengaitkan dengan pantas tidaknya sosok individu menjadi Kapolri menggantikan Idham Azis yang akan memasuki masa pensiun tahun depan," kata Emrus, Sabtu (1/8).

Emrus mengatakan di beberapa media massa memuat pandangan aktivis antikorupsi Boyamin Saiman (BS), dan politikus Partai Gerindra Fadli Zon yang seolah berada pada posisi berbeda terkait sosok Kapolri ke depan dengan keberhasilan menangkap Djoko Tjandra.

"Aktivis antikorupsi, BS menyebutkan seseorang layak menjadi Kapolri. Jadi, BS seolah 'tim sukses' dari sosok tertentu. Ini sangat tidak produktif di tengah Polri yang terus berkomitmen bertugas atas dasar Promoter," kata dia.

"Sementara salah seorang politikus dari partai yang ketumnya menjadi menteri saat ini, FZ, seolah menyindir dengan menyebut, "oh ingin jadi kapolri," tambahnya.

Menurutnya, sindiran FZ ini tidak bedanya memosisikan dirinya sebagai oposisi dalam politik praktis yang transaksional. Sementara, kata dia, karier polisi hingga menjadi nomor satu di kepolisian atas dasar profesional, integritas dan kapabilitas, yang diukur dengan prestasi.

Namun, Emrus mengaku harus memberi ruang alternatif, karena boleh jadi BS dan FZ mempunyai data, pengamatan dan dasar pemikiran yang berbeda dengan dirinya sehingga mereka berdua melontarkan pandangan seperti itu.

Terlalu prematur bila hanya berlandaskan prestasi penangkapan Djoko Tjandra, ada aktor tertentu mengaitkan dengan pantas tidaknya sosok individu menjadi Kapolri menggantikan Idham Azis, yang akan memasuki masa pensiun tahun depan.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News