Teroris Lone Wolf Bersenjata Survival Knife Memang Sulit Dideteksi

Teroris Lone Wolf Bersenjata Survival Knife Memang Sulit Dideteksi
Lokasi penusukan anggota Brimob di Masjid Falatehan yang ada di depan Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Foto: Elfany Kurniawan/JawaPos.com

jpnn.com, JAKARTA - Anggota Komisi I DPR Mayjen (Purn) Supiadin Aries Saputra mengatakan, senjata tajam yang digunakan pelaku penikaman terhadap dua anggota Brimob di Masjid Falatehan di depan Mabes Polri bukanlah jenis sangkur. Menurutnya, senjata yang digunakan pelaku bernama Mulyadi adalah pisau untuk bertahan hidup atau survival knife.
 
“Kemarin itu bukan sangkur, tapi survival knife,” kata Supiadin di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (3/7).     
 
Politikus Partai Nasional Demokrat (NasDem) itu  menjelaskan,  survival knife dilengkapi alat untuk operasi mendadak. Survival knife juga bisa untuk memotong kawat dan ada alat pancingnya.

“Kalau sangkur kan kelengkapan senjata dan untuk perkelahian. Tapi, kalau di Blok M (penusuk Brimob di Masjid Falatehan, red) itu survival knife,” ujarnya.
 
Menurut dia, pelaku yang beraksi dengan pola lone wolf dan menggunakan survival knife memang sulit  terdeteksi. Apalagi pisau dalam terminologi militer tergolong senjata senyap.

“Itu kan susah di deteksi, di militer disebutnya senjata senyap, senjata tidak timbulkan suara. Bukan hanya pisau tapi bisa gunakan kaus kaki diisi kerikil lalu memukulkannya ke tengkuk dan lain-lain,” paparnya.
 
Lebih lanjut dia mengatakan, sebenarnya bukan hal aneh ketika polisi jadi sasaran pelaku kejahatan. Sebab, tugas polisi memang memberantas penjahat.

“Wajar, karena siapa pun yang memberantas kejahatan maka akan menjadi musuh penjahat. Itu sudah konsekuensi,” katanya.(boy/jpnn)


Anggota Komisi I DPR Mayjen (Purn) Supiadin Aries Saputra mengatakan, senjata tajam yang digunakan pelaku penikaman terhadap dua anggota Brimob di


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News