Tertindas di Tanah Sendiri, Tak Yakin Hidup Berubah

Tertindas di Tanah Sendiri, Tak Yakin Hidup Berubah
Tertindas di Tanah Sendiri, Tak Yakin Hidup Berubah
Pos penjagaan dan izin bepergian secara ketat, penggusuran, penyerobotan tanah, dan perlakuan kekerasan dari pemukim Yahudi. Itulah yang selama ini mereka alami. Karena itu, mMereka yakin bahwa pengambilan suara di PBB pada 23 September mendatang tidak akan menghentikan pendudukan Israel.

Kisah Atrash, 68, dan desa asalnya, al-Walaja, yang terletak di perbukitan antara kota kuno Jerusalem dan Bethlehem, merupakan sejarah kehidupan rakyat Palestina selama lebih dari enam dekade. Semua berawal saat desa tersebut dikuasai tentara Yahudi dari Brigade Palmach dalam perang menjelang deklarasi kemerdekaan Israel pada 1948. Ribuan warga desa mengungsi dan garis perbatasan negara tersebut ditarik melebar hingga menghilangkan 70 persen wilayah al-Walaja.

Selama beberapa tahun, Atrash yang saat itu berusia lima tahun harus tinggal dalam goa bersama keluarganya. Dari lokasi tersebut, mereka masih bisa melihat rumah yang pernah ditinggali. Selanjutnya, mereka pindah ke rumah famili di bagian lain dari al-Walaja. Tanahnya gersang dan harus menyeberang bukit di Israel untuk mendapatkan air.

Pada 1967, setelah perang enam hari usai, tentara Israel yang menang akhirnya menduduki wilayah Palestina yang tersisa. Pemerintah Israel pun merevisi garis batas wilayah Jerusalem dan setengah al-Walaja yang tersisa. Wilayah itu yang ditambahkan Israel sebagai ibu kota tak terpisahkan.

MENJADI negara merdeka menjadi impian semua rakyat Palestina. Langkah pemerintahan Presiden Mahmoud Abbas mengajukan status keanggotaan penuh di

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News