The Predator: Alur Hiperaktif Bikin Bingung

The Predator: Alur Hiperaktif Bikin Bingung
The Predator. Foto: Fox

jpnn.com - Monster dan makhluk luar angkasa masih laku di Hollywood. The Predator yang baru rilis pekan lalu menjadi satu di antara sekian banyak film yang mengambil cerita itu. Versi baru terpaut delapan tahun dari film terakhirnya, Predators, yang punya lakon alien pemangsa.

Kisah diawali dengan pasukan pimpinan Quinn McKenna (Boyd Holbrook) yang ditugasi menjelajah belantara. Mereka mendapat misi meringkus kartel narkoba Meksiko. Namun, nasib berkata lain. Misi utama belum rampung, tim khusus itu sudah dihadapkan dengan kapal luar angkasa yang jatuh. Pasukan tersebut jadi santapan predator. Hanya menyisakan McKenna. Dia mengirim helm salah satu monster itu ke rumahnya, entah untuk alasan apa. ''Oleh-oleh" itu diterima putranya yang autistik, Rory (Jacob Tremblay).

Namanya juga anak-anak, helm berbahaya tersebut justru dibuat mainan. Tanpa sengaja, Rory menekan tombol yang berfungsi memanggil predator yang lebih besar. Bos-bos monster pun datang terus-menerus. Pihak pemerintah pun membentuk Stargazer Project, kelompok ahli yang dikepalai Will Traeger (Sterling K. Brown).

Penutupan The Predator mengisyaratkan akan ada sekuel. Sebab, di bagian akhir, Rory dan McKenna membedah brankas yang mereka curi dari kapal predator. Mereka juga memakai jubah khusus. Predator killer.

Di film tersebut, Black dan Fred Dekker selaku penulis naskah menghadirkan ide cerita baru. ''Dari halaman pertama, rasanya seperti bukan Predator. Lokasinya di kawasan suburban. Ceritanya berpusat pada bocah cilik dan ayahnya,'' kata CEO Fox Stacey Snider sebagaimana dikutip Variety. Kontras dengan film-film terdahulu yang syutingnya dilakukan di tengah belantara.

Sayang, perubahan itu ditanggapi miring oleh para kritikus. Mereka sepakat, cerita The Predator kurang oke. ''Narasinya berantakan dan alurnya hiperaktif,'' ungkap kolumnis Entertainment Weekly Chris Nashawaty.

Di ulasannya di USA Today, Brian Truitt juga menegaskan, film berbujet USD 88 juta (Rp 1,31 triliun) itu sebenarnya punya scene action dan gore yang kuat. ''Menghibur, tapi di satu sisi bikin bingung juga,'' tulisnya.

Meski dapat rapor jelek untuk urusan cerita, Black tetap dapat pujian. Sebab, dia mampu memaksimalkan rating R di The Predator. Pertarungan predator melawan manusia digarap apik.

Butuh empat tahun untuk merampungkan The Predator. Sutradara Shane Black menjanjikan banyak hal di waktu panjang itu

Sumber Jawa Pos

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News