Tidak Bisa Berenang, Penyuluh Pertanian Terobos Banjir, Istri: Sudah Tak Bisa Komunikasi

Tidak Bisa Berenang, Penyuluh Pertanian Terobos Banjir, Istri: Sudah Tak Bisa Komunikasi
Petugas penyuluh pertanian Desa Bayat Imam Rosyidin dan Arief Sulistiyarto menerjang banjir menggunakan batang pisang, di jalan trans Desa Bayat-Jalan Kecamatan Belantikan Raya, Minggu (12/7/2020). Foto: ANTARA/Istimewa

jpnn.com, LAMANDAU - Tercatat ada 33 desa di tujuh kecamatan di Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, diterjang banjir.

Kisah sedih dialami petugas penyuluh pertanian yang terjebak banjir selama empat hari saat menjalani tugas di Desa Bayat Kecamatan Belantikan Raya.

Petugas penyuluh pertanian tersebut sejatinya berada di Desa Bayat sebelum banjir terjadi.

Namun cepatnya air naik merendam rumah masyarakat membuat mereka harus bertahan di desa tersebut.

"Sekitar empat hari suami saya yang bertugas di BPP Desa Bayat terjebak banjir. Air di mana-mana dan mereka terkepung hingga tidak bisa kembali ke Nanga Bulik," kata Lani Rosa Ria Indah, yang merupakan istri dari Imam Rosyidin, Kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Desa Bayat di Nanga Bulik, Minggu (12/7).

Lantaran kebutuhan logistik sudah semakin menipis, Imam Rosyidin bersama rekan penyuluhnya, Arief Sulistiyarto, nekat untuk kembali ke Nanga Bulik walau banjir mengepung permukiman. Namun, mirisnya mereka berdua tidak bisa berenang.

Menurut Lani, satu-satunya cara untuk bisa keluar dari kepungan banjir tersebut, mereka harus menggunakan batang pisang yang dibuat menjadi rakit.

Sayangnya, tatkala lolos dari titik banjir yang satu, mereka sudah dihadapkan pada titik banjir yang lain.

Petugas penyuluh pertanian yang terjebak banjir di Lamandau, Kalteng, selama empat hari saat menjalani tugas di Desa Bayat Kecamatan Belantikan Raya.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News