Tiga Kali Runway Bandara Juanda Terkelupas, Perlu Audit

Tiga Kali Runway Bandara Juanda Terkelupas, Perlu Audit
Ilustrasi Bandara Juanda. Foto: Guslan Gumilang/Jawa Pos/JPNN

jpnn.com, SIDOARJO - PT Angkasa Pura (AP) I masih fokus perbaikan landasan pacu alias runway Bandara Internasional Juanda yang sempat terkelupas pada Kamis (7/2) lalu. Sehingga peristiwa serupa tidak terulang dan membahayakan penerbangan.

Tercatat, dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Bandara Juanda telah mengalami permasalahan runway selama tiga kali. Kemudian diikuti oleh penutupan bandara. Sehingga berimbas pada keterlambatan dan pengalihan rute pesawat.

Misalnya pada 19 Januari 2015 lalu. Bandara Juanda sempat ditutup selama 4,5 jam. Hal itu diketahui dari keluhan beberapa pilot saat mendarat. Setelah penyusuran runway, ditemukan kerusakan aspal sampai 12 titik. Dari panjang landasan 3.000 meter, kerusakan terjadi di titik antara 1.600 meter dan 2.400 meter.

Sedangkan kejadian aspal runway terkelupas tercatat pernah terjadi pada 9 Februari 2016. Saat itu, Bandara Juanda harus ditutup 1,5 jam untuk perbaikan. Ada dua titik aspal yang mengelupas. Kemudian tahun 2018 lalu juga sempat terjadi peristiwa serupa. Tepatnya pada 20 Mei 2018.

Runway ambles membuat pesawat Lion Air JT922 jurusan Denpasar tertahan di runway 10 bagian barat. Penutupan bandara dilakukan selama 2 jam.

Dari beberapa catatan tersebut, seluruhnya terjadi pada musim hujan. General Manager AP 1 Juanda Heru Prasetyo mengatakan, musuh utama runway di semua bandara adalah air hujan. Hal tersebut dapat membuat kualitas dari runway menurun. ”Untuk itu perlu pengawasan yang lebih ketat lagi saat musim hujan,” ujarnya.

Selain akibat hujan, tingginya lalu lintas penerbangan pada single runway yang dimiliki Juanda ikut berpengaruh. Tercatat rata-rata dalam sehari, lintasan tersebut dilewati sekitar 400an pesawat. Baik yang landing maupun take off. Jumlah ini hampir sama dengan lalu lintas penerbangan di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Sementara itu, untuk bandara lain seperti di Bandara Ahmad Yani, Semarang dan Adisutjipto, Yogyakarta, jumlah pesawat yang beroperasi masih dikisaran angka seratus. Jumlah lalu lintas yang terhitung padat di Juanda, membuat kebutuhan akan adanya double runway segera dibutuhkan.

Dalam kurun waktu empat tahun terakhir, Bandara Juanda Surabaya telah mengalami permasalahan runway selama tiga kali.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News