Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan

Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan
Stigma terhadap pasien dan perawat COVID-19 menyebabkan orang untuk enggan dites karena takut dijauhi, sehingga menurut para ahli kesehatan publik mempersulit penanganan pandemi. (ANTARA)

Saat Ibu dari Ari Harifin Hendriyawan dinyatakan positif terinfeksi virus corona, tetangganya mengambil palu dan paku dan membuat pagar pemisah.

Dari rumahnya di kaki bukit di Jawa Barat, pria berusia 23 tahun itu mengatakan kepada Reuters jika ia mengetahui keberadaan pagar pemisah beberapa hari setelah menerima hasil tes negatif dan berada di rumah karena sedang menjalani isolasi mandiri.

"Tentu saja saya marah," katanya, "Jika saya tidak ditahan [oleh kerabat], saya tidak tahu apa yang mungkin terjadi."

Para ahli kesehatan publik mengatakan penularan virus corona di Indonesia telah membawa stigma, yang menyebabkan warga enggan dites karena takut dijauhi, sehingga mempersulit penanganan pandemi.

Juru bicara satuan tugas COVID-19 Indonesia, Wiku Adisasmito mengatakan pemerintah berupaya untuk melawan stigma itu.

"Stigma hanya dapat dihapus dengan kampanye kesehatan yang gencar untuk meningkatkan kesadaran tentang infeksi dan empati untuk membantu mereka yang membutuhkan," katanya.

Indonesia telah menuai kritik dari para pakar kesehatan karena angka tes yang relatif rendah, pembatasan sosial hasil kompromi, dan daftar penanganan yang tidak ilmiah tapi malah dipuji oleh para menteri.

Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan Photo: Ari Harifin, 23, beridiri di rumah keluarganya di tengah wabah COVID-19 di Sukabumi, Jawa Barat 16 September lalu. (REUTERS: Sri Maryam )

 

Saat Ibu dari Ari Harifin Hendriyawan dinyatakan positif terinfeksi virus corona, tetangganya mengambil palu dan paku dan membuat pagar pemisah

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News