Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan

Petugas kesehatan juga menjadi korban stigma
Para petugas kesehatan juga tidak lepas dari stigma COVID-19, menurut hasil survei Fakultas Ilmu keperawatan Universitas Indonesia dan Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia.
Jajak pendapat tersebut dilakukan terhadap 2.050 tenaga medis di seluruh Indonesia pada awal April 2020.
"135 perawat pernah diminta meninggalkan tempat tinggalnya. 66 responden mengalami ancaman pengusiran," kata mantan tim komunikasi Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Reisa Broto, bulan Juli lalu.
Sementara itu, sebanyak 140 perawat pernah merasa dipermalukan karena bertugas di rumah sakit penanganan COVID-19.
Bentuk stigma lain antara lain adalah diacuhkan oleh warga, seperti yang dialami 161 perawat dan pengucilan oleh masyarakat yang terjadi pada 71 perawat lainnya.
Puluhan petugas kesehatan dari berbagai tempat di Indonesia mengatakan stigma seputar virus corona telah mempersulit pekerjaan mereka atau, dalam beberapa kasus, malah meningkatkan risiko.
Di kota tepi sungai Banjarmasin di Kalimantan, pegawai negeri berpakaian hazmat lengkap mengatakan kedatangan mereka menyebabkan kepanikan di jalanan.
Mereka sekarang memilih untuk mendatangi puskesmas untuk menghindari perhatian yang tidak diinginkan dari masyarakat, meskipun itu dapat meningkatkan risiko kontak dan penularan.
Saat Ibu dari Ari Harifin Hendriyawan dinyatakan positif terinfeksi virus corona, tetangganya mengambil palu dan paku dan membuat pagar pemisah
- Dunia Hari Ini: Israel Berlakukan Keadaan Darurat Akibat Kebakaran Hutan
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS