Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan

Tingginya Stigma Terhadap Pasien COVID-19 di Indonesia, Sangat Memprihatinkan
Stigma terhadap pasien dan perawat COVID-19 menyebabkan orang untuk enggan dites karena takut dijauhi, sehingga menurut para ahli kesehatan publik mempersulit penanganan pandemi. (ANTARA)

"Ada kasus di mana orang tidak ingin dites, karena tidak ingin terlihat tertular virus."

Di pulau Jawa, Sulawesi, dan Bali, keluarga yang berduka juga memaksa masuk ke rumah sakit untuk mengambil jenazah korban COVID-19, karena khawatir kerabat mereka tidak akan dimakamkan sesuai dengan aturan agama mereka.

Insiden itu menyebabkan puluhan orang kemudian diketahui tertular virus corona.

'Pemerintah tidak berbuat cukup'

Di antara berbagai inisiatif pemerintah Indonesia untuk mendidik masyarakat tentang COVID-19, salah satunya adalah kerja sama dengan Johns Hopkins Center for Communication.

Dalam program tersebut, 25.000 petugas lapangan dikerahkan untuk membantu membagikan informasi tentang virus corona, termasuk melalui Facebook, dengan tujuan meningkatkan kesadaran dan melawan berita palsu dan stigma.

Namun, sosiolog di Nanyang Technological University di Singapura, Sulfikar Amir, mengatakan inisiatif yang sudah ada tidaklah cukup.

"Pemerintah tidak berbuat cukup untuk benar-benar mendidik masyarakat," kata dia.

"Itulah salah satu alasan kita melihat reaksi ekstrem [dari masyarakat]."

Saat Ibu dari Ari Harifin Hendriyawan dinyatakan positif terinfeksi virus corona, tetangganya mengambil palu dan paku dan membuat pagar pemisah

Sumber ABC Indonesia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News