Tokoh Agama Bersatu Cegah HIV/AIDS

Tokoh Agama Bersatu Cegah HIV/AIDS
AKSI SIMPATIK: Berbagai kegiatan dilakukan dalam peringatan Hari AIDS sedunia beberapa waktu lalu. Sejumlah mahasiswa perguruan tinggi di Bandarlampung dan elemen yang concern dalam penanganan HIV/AIDS melakukan aksi damai di Tugu Adipura. Mereka membagikan-bagikan bunga kepada pengendara yang lewat. Foto: wahyu syaifullah/JPNN

Menurut dia, sebenarnya penyakit ini berkembang bersamaan tumbuhnya budaya baru berupa gaya hidup metropolitan. Orang akan cepat terpengaruh segala hal dari luar yang dianggap tren. Meskipun hal itu bisa berdampak negatif. Gejala seperti ini cepat masuk, jika mental seseorang lemah. Kemudian juga akibat adanya pergeseran serta merosotnya nilai-nilai agama.

Mengumbar kesenangan pribadi dengan mengabaikan norma sangat membahayakan. Fenomena itu terlihat pada sejumlah ABG (anak baru gede) di ibu kota yang suka nongkrong di mal. Untuk memuaskan hasrat kesenanganya seperti membeli telepon genggam terkini, para ABG terkadang rela menjual diri.

”Maka pendidikan agama ini sangat penting dalam keluarga. Keharmonisan di antara anggota keluarga juga harus terus dipupuk untuk melindungi pengaruh negative dari luar,” katanya. ”Kalau keluarga hancur, maka negara juga hancur. Rumah jangan hanya dijadikan terminal, karena dapat tercerai-berai mencari kesenangan individualis. Itu berbahaya. Keluarga harus menyatu,” imbaunya.

Kepala Bidang Promosi dan Pencegahan AIDS KPAP John Alubwaman menambahkan, untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS, peranserta masyarakat sangat dibutuhkan. Bersama para tokoh agama, penyuluhan seputar bahayanya HIV/AIDS harus digalakkan. (ibl)
Berita Selanjutnya:
Belasan Tempat Wisata Rusak

JAKARTA - PERILAKU seks bebas diduga menjadi pemicu perkembangan penyakit HIV/AIDS di ibu kota. Untuk mengatasi hal itu, Komisi Penanggulangan AIDS


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News