Toleransi di Australia, Biarawati tak Tanya soal Keyakinan
’’Di sini (Australia) guru hanya menyampaikan materi paling 10–15 menit. Setelah itu para murid dibagi dalam kelompok untuk berdiskusi dan guru selalu mendampingi kelompok para murid yang kemampuannya paling rendah,’’ jelas guru di SD Budi Utama, Jogjakarta, itu.
Dengan demikian, lanjut Felix yang ditempatkan di Heany Park Primary School, Victoria, diskusi di kelas bisa berjalan lancar. Semua murid jadi berani untuk bertanya. Atau menyampaikan pendapat.
’’Dari situ mereka jadi terlatih untuk berpikir kritis,’’ katanya.
Dan, terlatih pula untuk berbeda pendapat tanpa harus gontok-gontokan. Sebuah fondasi kuat penghormatan kepada segala yang beda yang selama dua pekan telah dirasakan Khalif, Rabiatul, Mega, Felix, dan kawan-kawan guru mereka yang lain. (*/c5/ttg)
Toleransi di Australia dirasakan belasan guru Indonesia yang berkesempatan mengajar di negara tetangga tersebut.
Redaktur & Reporter : Soetomo
- Wombat Tertua di Dunia Berulang Tahun yang ke-35
- Pelatih Australia Beri Kesan Positif kepada Timnas U-23 Indonesia
- Pelaku Penikaman Masal di Sydney Disebut Tidak Mencurigakan
- Guru Honorer Negeri Minta Diprioritaskan di Seleksi PPPK 2024, Jangan Benturkan dengan P1 Swasta
- Formasi CPNS dan PPPK 2024 Kemenag Terbanyak Guru, Peluang Honorer Besar
- Masjid Ini Bukan Milik Orang Islam, Gereja Ini Bukan Milik Orang Katolik, tetapi…