Tolong, Jangan Sampai Anak Pandai Tersisih karena Permainan Uang

Tolong, Jangan Sampai Anak Pandai Tersisih karena Permainan Uang
Uang. Ilustrasi Foto: dok.JPNN.com

“Budaya ini harus dipangkas, jangan terus menerus dilakukan,” katanya. Dia berharap Dinas Pendidikan bisa benar-benar melakukan pengawasan. Berikan kesempatan yang sama kepada semua anak untuk berkompetisi secara sehat.

Ratu pun tak menampik adanya masalah jual beli buku atau seragam sekolah. “Kalau tujuan membantu dan memberikan harga tak jauh berbeda atau sama dengan harga pasar mungkin tak jadi masalah,” kata wanita yang juga akademisi Universitas PGRI Palembang ini. Tapi masalah sekarang, kadang harganya jauh lebih mahal atau dinaikkan dari harga pasar.

Seringkali juga terjadi, sebutnya, pihak sekolah memberi rekomendasi kepada penjahit atau toko tertentu dengan upah pemesanan lebih mahal untuk pembuatan seragam sekolah. Padahal masih banyak tempat penjahit yang lebih murah.

Sedangkan wali siswa sering membandingkan harga di pasaran. Akan lebih baik kalau wali siswa diberi keleluasaan memilih sendiri.

Terpisah, Pemilik Penjahit Bodronoyo yang tak mau disebut namanya mengaku pihaknya hanya membuat baju SMP dan SMA dengan harga mulai Rp150 ribu.

"Tapi sekarang order sekolah sepi, banyak konsumen beli langsung ke toko atau pedagang musiman, karena menilai pesan di toko jahit harganya jauh lebih mahal," tuturnya.

Rido, Penjahit Hikmah Brodir di Pasar Cinde, juga mengakui, beberapa pelanggan saja yang datang untuk menjahit baju sekolah maupun olahraga.

Untuk pakaian muslim SMA dibandrol Rp90 ribu, sementara batik Rp80 ribu, batik SD Rp70 ribu. Harga yang ditawarkan ini sangat murah, setiap tahun selalu diturunkan agar pelanggan tidak lari.

Masa penerimaan peserta didik baru (PPDB) di SMA/SMK kerap diwarnai persoalan berbagai pungutan kepada siswa. Hal ini sering memberatkan wali atau

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News