Tradisi Pemakanan Keturunan Raja di TTS

Saling Dorong, Ada yang Bergelantung pada Kayu di Peti Jenazah

Tradisi Pemakanan Keturunan Raja di TTS
Proses pemakaman mantan Bupati TTS, Willem Nope, yang merupakan keturuan raja. FOTO: Timor Express/JPNN.com

jpnn.com - Ada yang unik pada masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ketika memakamkan seseorang yang meninggal dunia. Ada tradisi yang dilakukan turun-temurun hingga saat ini masih dilestarikan. Jumat (18/12) Kemarin, mantan Bupati TTS, Willem Nope dimakamkan. Seperti apa prosesinya?

Seperti dilaporkan, Yopi Tapenu dari SoE ibukota Kabupaten Timor Tengah Selatan, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengusung jenazah menuju ke liang lahat bukan menggunakan kendaraan, melainkan mengikatkan dua batang kayu pada peti jenazah, kemudian dipikul secara bergantian oleh masyarakat. Uniknya, peti jenazah yang dipikul bukan berjalan secara normal, namun saling adu kekuatan dengan cara saling dorong ke arah depan, belakang, kiri dan kanan oleh masyarakat yang memikul peti berisi jenazah itu.

Tradisi itulah yang dilakukan ketika memakamkan Willem Nope, yang adalah bupati TTS periode 1998-2003, pada Jumat (18/12). Sebelumnya pemerintah meminta agar jenazah almarhum diantar ke Sonain (pemakaman keluarga Nope) menggunakan mobil ambulance yang telah disiapkan pemerintah TTS. Namun keluarga menolak tawaran pemerintah.

Pasalnya, keturunan Nope yang adalah raja Amanuban secara turun-temurun ketika meninggal dunia harus diarak-arak oleh keluarga dengan cara dipikul menuju tempat peristirahatan terakhir.

Kusa Nope yang didaulat menggantikan almarhum sebagai tetua di Sonaf Noemeto mengatakan, tradisi memikul peti jenazah sambil dorong tidak memiliki makna atau arti khusus. Hanya saja konon diceritakan bahwa masyarakat yang memikul peti jenazah saling dorong, karena sebagian keluarga belum iklas berpisah dengan almarhum untuk selamanya.

Ada juga cerita lain bahwa, saling dorong sambil berteriak merupakan bentuk ekspresi keluarga bersenang-senang yang terakhir bersama almarhum.

“Biasa tradisi seperti ini dilakukan kepada keturunan raja. Sebenarnya tidak ada arti khusus, hanya saja tradisi seperti itu sudah dilakukan secara turun temurun sampai saat ini. Jadi kalau ada keturunan raja yang meninggal, pasti dipikul seperti ini,” jelas Kusa.

Willem Nope meninggal di usianya yang ke-75, akibat penyakit tumor usus yang dideritanya sejak dua tahun terakhir.

Ada yang unik pada masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), ketika memakamkan seseorang yang meninggal dunia. Ada tradisi yang dilakukan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News