Trenggalek Adopsi Inovasi Pelayanan Publik di Banyuwangi

Trenggalek Adopsi Inovasi Pelayanan Publik di Banyuwangi
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas menjelaskan sejumlah inovasi di daerahnya. Foto: for JPNN.com

"Kalau ada pariwisata, orang datang ke tempat kami. Maka rakyat kami ada kegiatan eknonomi. Ibaratnya, ekonomi daerah tumbuh tanpa kami harus mengirim barang keluar. Dan ini sudah dilakukan Banyuwangi, dan ini kami jadikan contoh," papar Arifin.

Sementara Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berterima kasih kepada sejumlah kepala daerah yang telah berkunjung ke Banyuwangi. Buat Anas, kedatangan para pemimpin ini selain memotivasi pihaknya, juga sebagai kesempatan bagi Banyuwangi, untuk belajar banyak hal dari daerah tersebut.

Trenggalek Adopsi Inovasi Pelayanan Publik di Banyuwangi

"Ini momen yang sangat pas untuk saling berbagi pengalaman mengembangkan daerah. Kolaborasi antardaerah menjadi kunci bagi kemajuan bersama, ini harus jadi collective actions yang berdampak bagi peningkatan kualitas Banyuwangi dan daerah lainnya,” kata Anas.

“Kami senang semuanya berbagi pengalaman, seperti Mas Arifin ini sosok yang bagus, dia tahu apa yang harus dilakukan, geraknya berbasis kinerja, selalu melihat persoalan lapangan,” imbuh Anas.

Sejumlah hal yang menjadi fokus untuk dikolaborasikan adalah peningkatan pelayanan publik dan upaya mengggerakkan ekonomi lokal. Dalam dua tahun terakhir, Banyuwangi menjadi kabupaten pertama dan satu-satunya yang meraih nilai A (tertinggi) dalam penilaian Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang dikeluarkan pemerintah pusat.

Pemkab Banyuwangi juga meraih posisi empat se-Indonesia dalam penilaian Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (EKPPD) terhadap laporan penyelenggaraan pemerintah daerah, padahal pada 2010 peringkat Banyuwangi ada di angka 156. “Kami juga tertarik inovasi-inovasi Banyuwangi dalam berbagai program, termasuk ekonomi lokalnya,” ujar Arifin.

Di Banyuwangi, kemiskinan berhasil diturunkan ke level 8,6 persen, padahal sebelumnya selalu di atas dua digit. Angka itu berada di bawah rata-rata nasional dan Jatim. Pendapatan per kapita warga juga melonjak menjadi Rp 41,46 juta per orang per tahun dibanding awalnya Rp 20 juta. (adk/jpnn)


Selain Trenggalek, Halmahera, Banjar dan Kutai Kartanegear juga datang, belajar dan berbagi di Banyuwangi.


Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News