Tugas Paramedis di 'UGD Buruh Migran'

Ada Pasien Patah Tulang karena Hindari Kehormatan Hilang

Tugas Paramedis di 'UGD Buruh Migran'
Sukanah, ketika diperiksa oleh Dokter Regan Lombantoruan di ruang UGD TKI. Foto: Zulham Mubarak/Jawa Pos.
Tidak berselang lama, dua petugas membawa Sukanah ke klinik yang ada di salah satu sudut terminal khusus kedatangan TKI tersebut. "Sudah nggak digaji, badan remuk semua, Pak," kata wanita berkulit putih itu kepada petugas.

Terminal khusus TKI yang terletak di kawasan Selapanjang, Tangerang, itu memang dikelola Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Pembangunan fasilitas khusus bagi "pahlawan devisa" itu memang wajar. Tahun lalu, para TKI secara total membawa USD 6,7 miliar lebih atau sekitar Rp 61 triliun. Di areal 300 meter persegi itu terdapat berbagai loket untuk penukaran uang dan berbagai sarana pemulangan TKI ke daerah masing-masing dengan angkutan khusus.

Namun, seperti pengalaman Sukanah, tidak semua TKI "terutama wanita buruh migran" beruntung. Banyak yang pulang dari luar negeri justru memerlukan treatment khusus. Kepada petugas di terminal itu, mereka bisa melapor jika ada majikan nakal, tidak mendapat gaji, mengalami tindak kekerasan, atau bahkan pemerkosaan.

Dari berbagai fasilitas di terminal 4, ruang yang paling sibuk adalah klinik atau lazim disebut "UGD TKI".  Hari itu lima petugas medis sibuk menangani sekitar 10 buruh migran. Ruangan berukuran 15 x 10 meter tersebut dibagi tiga bagian. Bilik utama adalah tempat dokter melakukan diagnosis. Di belakangnya ruangan untuk pasien yang sedang dalam perawatan. Ruangan ketiga yang berada di kiri ruang diagnosis adalah kamar istirahat petugas medis.

Banyaknya buruh migran yang menjadi korban penyiksaan dan kecelakaan kerja di luar negeri menginspirasi berdirinya klinik khusus TKI di Terminal

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News