Tulisan, Bisikan, dan Jejak Ideologis Bang Buyung

Tulisan, Bisikan, dan Jejak Ideologis Bang Buyung
Para kerabat melayat di rumah duka almarhum Adnan Buyung Nasution, Rabu (23/9). Foto: MIftahul Hayat/Jawa Pos

DALAM kondisi tergolek lemas, Adnan Buyung Nasution meminta secarik kertas. Dengan spindol merah di meja sebelah bed tempat berbaring, pria yang seluruh rambutnya telah memutih tersebut lantas menuliskan sesuatu.
--------------
ILHAM WANCOKO-BAYU PUTRA, Jakarta
--------------
Beberapa menit kemudian, Buyung menyerahkan kertas itu kepada pengacara Todung Mulya Lubis yang menjenguknya. Isinya adalah sederet kalimat tegas, namun disusun dengan huruf-huruf yang terlihat agak gontai. Terkadang ada kata yang hurufnya ditulis tidak lengkap.

Sepertinya, pengacara dan pejuang HAM senior tersebut menguatkan diri menulis. Itu hari keduanya (20/9) di Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI) Jakarta karena sakit jantung dan gangguan fungsi ginjal.

"Jagalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI). Teruskan pemikiran dan perjuangan bagi si miskin tertindas". Demikian isi tulisan tangan Buyung di secarik kertas yang diserahkan kepada Todung tadi.

Bagi Todung, pesan tersebut memperlihatkan betapa kepedulian seniornya itu terhadap penegakan hukum dan masyarakat kecil tak pernah padam. Sampai hari-hari terakhirnya, dalam kondisi fisik yang sudah sangat menurun sekalipun.

Todung ingat, saat menjenguk pendiri LBH tersebut kali terakhir sebelum masuk RS (12/9), dirinya masih diajak berdiskusi mengenai bagaimana upaya membantu masyarakat kecil. Bahkan, saat itu Buyung merancang pertemuan yang diagendakan Rabu (23/9) dengan mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) Mahfud MD, mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Azyumardi Azra, dan Todung sendiri.

"Pertemuan itu membahas perjuangan. Kami janjian bertemu, tapi Bang Buyung keburu dipanggil Tuhan," ungkap Todung saat ditemui di rumah duka di kawasan Lebak Bulus, Jakarta.

Buyung meninggal kemarin pukul 10.15 WIB di RSPI dalam usia 81 tahun. Riwayat kesehatannya memperlihatkan, setelah mengalami gagal ginjal sejak Desember 2014, dalam beberapa bulan terakhir dia diharuskan cuci darah.

Selain itu, di tubuh pria yang terlahir dengan nama Adnan Bahrum Nasution tersebut sudah terpasang delapan ring. Anggota DPRS/MPRS 1966–1968 itu juga pernah sekali menjalani operasi bypass jantung.

DALAM kondisi tergolek lemas, Adnan Buyung Nasution meminta secarik kertas. Dengan spindol merah di meja sebelah bed tempat berbaring, pria yang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News