Tumbangnya "Raja Kretek" Nitisemito dan Berkembangnya Djarum

Tumbangnya "Raja Kretek" Nitisemito dan Berkembangnya Djarum
Foto lawas pabrik Nitisemito dan logo rokok mereka. FOTO : yogifajri.com

jpnn.com - Bak roda yang terus berputar, industri kretek di Indonesia mengalami pasang surut. Terutama bagi para “pemain” di dalamnya. Sejarah mencatat, di era awal tumbuhnya kretek, ada peran besar seorang Nitisemito. Lewat tangan dinginnya, dia berhasil menyulap bisnis kretek yang saat itu hanya industri rumah tangga menjadi bisnis skala besar.

Pada awal 1914, dia membuka lahan seluas 14 hektar dan menyerap tenaga kerja hingga 15 ribu orang. Tentu bukan hal mudah bagi Nitisemito meraih semua ini. Dia harus berganti nama produk hingga berkali-kali untuk meraih sukses. Terakhir, nama yang dia gunakan adalah Bal Tiga.

Lewat rokok kretek yang kemasannya bergambar tiga bola itu Nitisemito berhasul menggapai sukses bahkan sampai dijuluki Raja Kretek.

Tapi sayang, ketika sang raja meninggal, tak ada satupun keturunannya yang mampu melanjutkan usaha tersebut. Dikutip dari buku “Kretek Jawa Gaya Hidup Lintas Budaya”, perusahaan Bal Tiga bangkrut. Lahan kosong dan bangunan yang tersebar di Kudus maupun luar Kudus lenyap satu persatu. Beruntung bangunan monumental berupa dua rumah kembar, yang sudah masuk kategori benda cagar budaya, hanya sebuah di antaranya yang dijual.

Lain Bal Tiga, lain Djarum. Perusahaan yang didirikan oleh Oei Wie Gwan pada 1951 itu mampu bertahan dan berkembang pesat hingga kini.

Perusahaan berlambang jarum gramofon itu bukan tidak pernah menghadapi masalah. Pada tahun 1963 musibah kebakaran hebat menimpa perusahaan itu. Bahkan sang pemilik, meninggal tak lama setelah peristiwa pahit itu terjadi.

Untungnya, putra-putra Oei Wie Gwan, yakni Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono berhasil memulihkan keadaan. Bahkan, dengan kompak keduanya mampu membawa brand tersebut tak hanya jaya di Indonesia, tetapi juga internasional. (jpnn/pda)

 

Bak roda yang terus berputar, industri kretek di Indonesia mengalami pasang surut. Terutama bagi para “pemain” di dalamnya. Sejarah mencatat,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News