Tunjangan Hari Tua Atlet Masih Jauh Panggang dari Api

Tunjangan Hari Tua Atlet Masih Jauh Panggang dari Api
Susy Susanti. Foto: Badminton Indonesia

jpnn.com, JAKARTA - Program tunjangan hari tua buat atlet pendulang medali buat Indonesia di pentas Olimpiade telah diluncurkan tahun lalu. Kemenpora sempat mendulang apresias karena program tersebut akan cukup membantu keseharian para atlet. Namun memasuki 2017, tanda-tanda pencairan tunjangan tersebut jauh panggang dari api.

Hingga sebulan menjelang pencairan, memang tidak ada tanda-tanda pencairan. Sesmenpora, Gatot S. Dewa Broto memastikan bahwa tunjangan tersebut akan di-suspend untuk sementara waktu. "Kendalanya karena tidak ada acuan di undang-undangnya," sebutnya.

Sebab, tunjangan hari tua itu hanya berpedoman dengan peraturan menteri. "Saya minta teman-teman di Deputi 3 untuk menyelesaikan kajian hukum dan draft-nya," terangnya.

Selanjutnya, Kemenpora berupaya memaksimalkan landasan hukum terlebih dulu.

Terpisah, Susy Susanti, peraih medali emas Olimpiade Barcelona 1992 itu terlihat kecewa dengan kebijakan Kemenpora yang seakan naik turun. Dia mencontohkan, saat Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir mendulang medali emas di Olimpiade Rio 2016 mereka mendapatkan masing-masing Rp 5 miliar.

"Saat itu masyarakat banyak yang ingin menjadi Owi/Butet, kalau sekarang seperti ini mending yang pasti-pasti aja, saya berharap ada kepastian hukum yang lebih jelas," bebernya.

Menurutnya, segala tuntutan yang dibebankan di pentas internasional seharusnya memang diimbangi dengan apresiasi nyata dari pemerintah.
"Sekarang tinggal niat baik dari pemerintah, jangan sampai atlet jadi sapi perah saja," ungkapnya.

Susy menegaskan sejak awal tidak mendapatkan pemberitahuan secara langsung bahwa tunjangan tersebut akhirnya harus disetop. (nap)


Hingga sebulan menjelang pencairan, tanda-tanda tunjangan hari tua buat atlet berprestasi di Olimpiade masih jauh panggang dari api.


Redaktur & Reporter : Adek

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News