Ubah NTT Jadi Nusa Terang Terus

Ubah NTT Jadi Nusa Terang Terus
Ubah NTT Jadi Nusa Terang Terus
Saya tahu, rakyat Ruteng kini sudah senang dengan listrik yang sudah sangat cukup sekarang ini (sampai-sampai waktu tiba di bandara kecil di Ruteng, saya dan istri disambut upacara adat dan diberi hadiah ayam jantan sebagai ucapan terima kasih karena di Ruteng tidak byar-pet lagi). Namun, cara mengatasi krisis listrik sekarang ini sangat mahal. Padahal, dengan geothermal Ulumbu, listrik menjadi sangat murah!

Dari Ulumbu, kami terus menyusuri kelok seribu menuju geothermal Mataloko. Meski lokasi Mataloko lebih mudah dijangkau (proyek itu hanya 1 km dari seminari terkemuka di Mataloko), kapasitasnya hanya 2 MW. Proyek tersebut sudah jadi, namun rusak-rusak melulu.

Kebetulan, di lokasi Mataloko masih ada teknisi dari Tiongkok. Kami sempat mendiskusikannya. Terutama untuk menjaga bagaimana setelah perbaikan terakhir ini tidak akan mati-mati lagi. Para teknisi Tiongkok tersebut berjanji 6 Oktober ini geothermal Mataloko sudah menyala kembali. Dan tidak akan mati-mati lagi.  Janji itu dipenuhi. Ketika tulisan ini dibuat, geothermal Mataloko sudah joss! Rupanya, selama ini terjadi kesulitan komunikasi antar teknisi yang saling tidak mengerti bahasa masing-masing itu.

Meski proyek tersebut kecil, fungsinya sangat penting. Tegangan listrik di wilayah itu kurang baik karena jauh dari pembangkit. Para guru di sekolah seminari itu, misalnya, tidak berani menggunakan komputer setelah pukul lima sore. Takut rusak. Saya memang menyempatkan diri untuk meninjau seminari besar yang dibangun pada 1930-an tersebut. Kami memberikan harapan bahwa dengan teratasinya PLTP Mataloko, mereka tidak perlu lagi takut menyalakan komputer.

JALUR perjalanan saya kali ini saya namakan "jalur kelok seribu". Inilah jalur Ruteng-Maumere lewat Ende. Kalau Sumbar punya kelok sembilan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News