Ucapkan Salam Duka ke Janda Tentara, Trump Tidak Peka

Maka, begitu berita tentang insiden itu tersebar luas, Pentagon meminta penjelasan runtut dari militer terkait peristiwa tersebut.
Menurut tiga pejabat senior Pentagon, serangan tersebut terjadi di sekitar Greater Sahara, dekat perbatasan Mali dan Niger. Saat itu, sekitar 12 serdadu Baret Hijau (julukan untuk pasukan elite militer AS) sedang mengadakan pertemuan dengan para tokoh masyarakat.
Seusai pertemuan, sekitar 50 militan tiba-tiba menyerang mereka. Akibatnya, empat serdadu tewas dan dua lainnya terluka.
Di antara empat serdadu yang tewas tersebut, Johnson menjadi yang terakhir teridentifikasi. Bahkan, jenazahnya baru ditemukan sehari setelah kejadian.
Menurut Pentagon, hal itu terjadi karena medan di lokasi kejadian terlalu berat. Militan yang bercokol di kawasan tersebut mengenal betul seluk-beluk Greater Sahara.
Tidak seperti pasukan AS yang hanya melawat Greater Sahara saat berpatroli. Itu pun dengan didampingi pasukan Niger.
Maka, saat bentrokan terjadi dan serdadu-serdadu AS tercerai-berai, tidak ada yang sadar bahwa Johnson hilang. Semuanya baru terjawab pada hari berikutnya ketika jasad Johnson ditemukan.
”Serdadu keempat yang menjadi korban militan Niger teridentifikasi dan langsung diterbangkan ke AS pada 7 Oktober. Tiga serdadu lainnya sudah dipulangkan pada 5 Oktober,” terang seorang pejabat Pentagon.
Donald Trump kembali panen kecaman, kali ini karena sikapnya yang tak menghormati perasaan istri mendiang prajurit AS
- Berulah di Medsos, Donald Trump Pamer Fotonya Berpose ala Paus Vatikan
- Yakinlah, Ada Peluang untuk Indonesia di Balik Kebijakan Tarif Donald Trump
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Respons Kritik AS soal QRIS, Waka MPR Eddy Soeparno: Terbukti Membantu Pelaku UMKM
- 'Indonesia First’ demi RI yang Berdikari di Tengah Gejolak Dunia
- Gubernur Lemhannas Sebut Kebijakan Tarif Resiprokal Trump Momentum Perkuat Ketahanan Ekonomi