UNAIDS: Pasien HIV di China Berisiko Kehabisan Obat Aids

UNAIDS: Pasien HIV di China Berisiko Kehabisan Obat Aids
Ilustrasi HIV AIDS. Foto: JawaPos.com

Seorang pegiat AIDS sekaligus relawan pengidap HIV di China mengatakan kepada Reuters bahwa ia membuat sebuah grup obrolan yang melibatkan lebih dari 100 pasien HIV, yang kebanyakan di Provinsi Hubei, pusat wabah COVID-19. Di situlah ia membantu pasien untuk berbagi pasokan obat-obatan terbatas antar mereka.

"(Orang tua) sangat panik, sangat panik dan di grup obrolan itu saya harus terus menghibur mereka," kata pegiat itu, yang tak ingin disebutkan namanya. "Bagi pasien obat itu penting, pengobatan juga penting. Ini bisa sama pentingnya dengan pasokan bantuan garis depan."

Menambah masalah potensi kekurangan adalah tindakan yang muncul dari orang yang tidak terinfeksi dengan HIV, yang mengimbau pasien dengan virus penyebab AIDS untuk berbagi obat mereka saat pengobatan eksperimen berpotensi melawan virus corona baru.

Meski tidak ada bukti uji klinis, Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan obat HIV lopinavir/ritonavir dapat dicoba pada pasien COVID-19.

Hal tersebut memicu banyaknya pembelian obat-obatan seperti Kaletra, yang dikenal Aluvia, versi paten lopinavir/ritonavir dari AbbVie.

Menurut UNAIDS, isolasi di berbagai kota juga mengartikan bahwa orang dengan HIV, yang bepergian jauh dari kota asal mereka tidak dapat kembali ke rumah dan mengakses layanan HIV, termasuk pengobatan, dari layanan biasanya. (antara/jpnn)

Karantina dan isolasi yang dilakukan pemerintah China menyebabkan mereka tidak dapat memasok kembali obat-obatan penting tersebut.


Redaktur & Reporter : Fajar W Hermawan

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News