Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria

Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria
Dermaga Pelabuhan Perikanan Desa Saria. Dermaga kecil ini biasanya ramai saat kapal tangkap ikan para nelayan berlabuh usai melaut. Foto: SUPARTO MAHYUDIN/MALUT POST/JPNN.com

Perubahan cara melaut terjadi sekitar tahun 1994. Nelayan Saria tak lagi berpatokan pada bulan. Rupanya, tak ada alasan luar biasa di balik perubahan besar itu.

”Kami percaya, rezeki (hasil tangkap yang baik, Red) tak menunggu bulan. Lagi pula, jika harus menunggu sampai 2 minggu baru melaut maka pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup akan sulit,” ungkap Abdillah saat ditemui di Pelabuhan Perikanan Desa Saria, Kamis (25/5).

Abdillah yang telah melaut sejak duduk di bangku SD ini menyatakan, hanya gelombang ekstrem yang dapat menghentikan nelayan Saria melaut. Selain itu, nelayan Saria terkenal melaut “sesuka hati”. ”Yang penting alat siap, kami bias turun ke laut sore, pagi, atau malam,” tuturnya.

Areal tangkap nelayan Saria nyaris selalu sama sejak dulu, yakni Perairan Jailolo dan Susupu. Di Susupu, mereka memiliki rumpon yang menjadi pusat penangkapan ikan.

”Saat musim ikan, maka sudah dapat dipastikan sekali melaut untuk satu armada dapat menangkap ikan 7 sampai 10 ton. Satu ton isinya 30 keranjang,” kata pria 47 tahun itu.

Per keranjang ikan dihargai Rp 300 ribu. Jika satu armada berhasil mendapatkan 10 ton, maka hasil tersebut dirupiahkan mencapai Rp 90 juta. Hasilnya tentu harus dibagi pada semua nelayan yang ikut dalam armada. ”Satu armada bisa diisi 15 sampai 20 orang,” sambung Abdillah.

Desa Saria saat ini memiliki 17 armada. Dua diantaranya, yakni KM Sinar Mado dan KM Delta, adalah milik Abdillah. Jumlah kapal tangkap ikan ini tergolong paling banyak dibandingkan desa-desa lain di Halbar. ”17 armada itu memanfaatkn tenaga semua nelayan di Saria. Jadi semua nelayan kebagian armada,” tuturnya.

Untuk melaut di Perairan Jailolo, bahan bakar minyak yang dibutuhkan pulang-pergi berkisar 50 sampai 60 liter. Namun jika nelayan harus menangkap ikan sampai Susupu, maka BBM yang dibutuhkan mencapai 100 sampai 150 liter.

Di Maluku Utara, umumnya nelayan akan rehat melaut saat memasuki bulan terang. Mereka percaya, hasil tangkapan berkurang jauh jika rembulan sedang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News