Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria

Unik, Tak Ada Istilah Rehat bagi Nelayan Saria
Dermaga Pelabuhan Perikanan Desa Saria. Dermaga kecil ini biasanya ramai saat kapal tangkap ikan para nelayan berlabuh usai melaut. Foto: SUPARTO MAHYUDIN/MALUT POST/JPNN.com

”Saat musim ikan, pasokan akan melonjak sehingga pasar-pasar di Jailolo saja tidak bisa menampungnya,” ujar Abdillah.

Jika sudah begitu, mau tak mau sebagian ikan dibawa ke Ternate, Sidangoli, bahkan Tidore. Nelayan Saria hanya menjual ikan segar. Karena itu, stok ikan tak mungkin mereka simpan berlama-lama. ”Kalau tidak segera dijual ikannya bisa rusak,” imbuh Abdillah.

Kepala Desa Saria Atman Hasan menambahkan, warganya mempertahankan profesi nelayan secara turun temurun. Meski sebagian warga memiliki kebun pala dan cengkih, berkebun hanya menjadi pekerjaan sampingan mereka.

”Hasil nelayan untuk warga Desa Saria ini sangat menjanjikan. Anak-anak mereka bersekolah, membangun rumah, dan sebagainya semua dari hasil laut. Jangan heran kalau anak muda yang sudahjadi PNS pun masih suka melaut,” paparnya.

Meski mengakui ketangguhan warganya di laut, Atman tetap berpesan agar mereka selalu berhati-hati saat melaut. Terutama saat terjadi perubahan cuaca tiba-tiba.

”Perubahan cuaca tiba-tiba bisa sangat berbahaya. Pendapatan nelayan kadang juga berkurang, namun mereka tetap bisa hidup cukup bahkan mengirim anak-anak sekolah di luar daerah dari hasil laut,” pungkasnya.(ato/kai)


Di Maluku Utara, umumnya nelayan akan rehat melaut saat memasuki bulan terang. Mereka percaya, hasil tangkapan berkurang jauh jika rembulan sedang


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News