Upaya Tim Peneliti UI Menawarkan Air Laut dengan Limbah Tahu-Tempe

Lebih Murah dan Mudah karena Tak Butuh Listrik

Upaya Tim Peneliti UI Menawarkan Air Laut dengan Limbah Tahu-Tempe
Tania Surya Utami menunjukkan reaktor untuk memproses air laut menjadi air tawar. Penelitiannya masih perlu disempurnakan. Foto: Miftahul Hayat/Jawa Pos

Namun, pada teknologi MFC, mikroba dibuat sedemikian rupa sehingga bisa menghasilkan teknologi listrik meskipun dayanya sangat kecil. Sebaliknya, pada teknologi MDC, mikroba dimanfaatkan untuk membuang kadar garam air laut. Dengan begitu, air laut yang awalnya asin menjadi tawar. ’’Khusus untuk riset MDC kami mulai pada 2013,’’ ujarnya.

Lulusan program doktor Teknik Kimia FTUI 2011 itu menjelaskan, teknologi membuat air laut menjadi tawar sejatinya sudah diterapkan di Indonesia. Misalnya, yang digunakan salah satu perumahan mewah di kawasan pantai utara Jakarta. Untuk mengolah air laut menjadi tawar di perumahan mewah tersebut, diperlukan teknologi membran (reverse osmosis/RO). Namun, teknologi RO membutuhkan biaya besar. Sebab, untuk pengoperasiannya, diperlukan suplai listrik yang tinggi.

Padahal, menurut Tania, kebutuhan air bersih, baik untuk konsumsi maupun keperluan mandi dan cuci, di Indonesia sangat tinggi. Banyak daerah di Indonesia yang sulit mendapatkan air bersih yang layak konsumsi maupun untuk mandi dan cuci.

’’Sebagai negara kepulauan dengan sumber daya air laut yang melimpah, tentu sangat disayangkan jika sampai ada kasus kelangkaan air bersih,’’ ujarnya.

Atas dasar kondisi itu, Tania dan tim kemudian mengembangkan riset tentang MFC menjadi MDC untuk menawarkan air laut dengan sarana mikroba. Dimulai dengan membuat sejenis balok kaca reaktor yang terdiri atas tiga ruang.

Ruang sisi kiri dan kanan digunakan untuk komponen anode dan katode. Lalu, ruang tengah digunakan untuk menyimpan air laut yang akan ditawarkan. Perbandingan volume tiga ruang tabung reaktor itu adalah 9:1:9. Maksudnya, untuk menawarkan 1 liter air laut, dibutuhkan masing-masing 9 liter air di ruang anode dan katode. Di ruang anode diberi cairan limbah hasil indistri tahu dan tempe. Kemudian, ruang katode diberi cairan elektrolit yang mengandung banyak ion.

’’Saya gunakan limbah industri karena di dalamnya sudah ada mikrobanya,’’ kata dia.

Secara alamiah, bakteri dalam cairan limbah di ruang anode melakukan aktivitas layaknya makhluk hidup pada umumnya. Yakni, mengonsumsi karbohidrat dan protein yang ada di dalamnya. Dari aktivitas mikroba itu, ruang anode akan kelebihan muatan ion positif yang bisa menarik ion negatif pada air laut yang tersimpan di ruang bagian tengah. Sementara itu, ion positif dari air laut ditarik secara alami ke ruang katode yang kelebihan ion negatif.

Menyulap air laut menjadi air tawar sudah jamak dilakukan. Hanya, selama ini dibutuhkan biaya besar karena menyedot tenaga listrik tinggi. Tapi,

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News