Urbanisasi, Tantangan Penciptaan Kota Baru

Urbanisasi, Tantangan Penciptaan Kota Baru
Urbanisasi. ILUSTRASI. Foto: Ensiklopediasli

“Motif urbanisasi tentu saja masih mayoritas faktor ekonomi dan anggapan bahwa kota akan menyediakan pilihan lapangan pekerjaan. Kalaupun tidak mendapatkan pekerjaan seperti yang diharapkan, banyak yang lantas berprinsip: orang tidak akan mati kelaparan di kota kalau mau melakukan pekerjaan apa saja,” imbuh peneliti asal Magelang ini.

Salah satu pendiri Rumah Baca Komunitas Merapi (RBKM) di lereng Gunung Merapi ini menambahkan pemahaman “melakukan pekerjaan apa saja” ini lalu ditafsirkan dengan seenaknya sebagai asal muasal tindak kriminal. Padahal, berapa sih persentase korelatif antar keduanya.

“Urbanisasi adalah hak setiap orang. Urbanisasi tak bisa dilarang. Jangan sedikit-sedikit yang disalahkan orang desa. Kota memang masih menjadi tempat bagi mayoritas warga Indonesia untuk mewujudkan mimpi karena daya tarik kota yang kian memikat. Sampai kapan pun urbanisasi itu tidak akan pernah mati. Mau di New York, Berlin, London, Beijing, Paris, Roma, New Delhi dan ibukota negara lainnya, urbanisasi itu tetap saja ada,” tegas peneliti yang pernah mendalami filsafat di Jerman ini.

Solusi urbanisasi yang tak terkendali, terangnya, tentu saja pembangunan yang tidak hanya terpusat di kota-kota besar yang telah ada.

“Pemerintah ditantang untuk membangun dan menciptakan kota-kota baru. Urbanisasi itu bukan masalah, tetapi tantangan baru untuk pemerataan pembangunan dan penciptaan kota-kota baru atau bahkan pemindahan ibukota negara yang baru,” pungkasnya.(fri/jpnn)


Libur dan cuti Lebaran hampir usai. Banyak pengamat sosial kini mulai ramai-ramai memalingkan kajiannya bukan pada pemaknaan mudik, melainkan pada


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News