Utang Biasa-Biasa

Oleh: Dahlan Iskan

Utang Biasa-Biasa
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Soal plafon utang itu selalu dijadikan tawar-menawar politik. Terutama ketika mayoritas Kongres dikuasai partai oposisi. Seperti sekarang ini. Atau di zaman Presiden Barack Obama. Presidennya Demokrat, DPR-nya Republik.

DPR-nya mengunci pemerintah. Agar sulit bergerak.

Sudah sering terjadi: pemerintah dan DPR beda partai. Rakyat Amerika senang seperti itu. Agar saling ada kontrol.

Sudah lama pula utang harus selalu dinaikkan agar bisa membayar utang lama. Tetapi Anda masih ingat: DPR mulai mengunci pemerintah seperti itu belum lama. Baru terjadi, kali pertama, ketika Anda sudah besar: di zaman Obama.

Republik memang tidak suka Demokrat. Lebih tidak suka lagi ketika demokratnya kulit hitam, padahal ibu Obama adalah kulit putih asli Kansas. Kristen. Dan cara berpikir Obama, dan bicaranya, sudah seperti kulit putih.

Obama diganjal habis. Terutama karena Obama menemukan cara untuk mengatasi kesehatan kelompok miskin. Lewat program yang Anda sudah hafal namanya: Obama Care.

Apakah kini Biden juga akan dipermalukan melebihi Obama? Masih ada waktu tiga hari untuk negosiasi antara Presiden dan DPR.

Ups... Masih 8 hari. Tanggal 1 Juni nanti ternyata masih ada "sedikit" uang di pemerintah. Masih USD 39 miliar. Masih cukup untuk bayar gaji dan kewajiban lain. Uang itu baru akan habis tanggal 5 Juni.

Pemerintah sudah mendesak agar DPR mengizinkan kenaikan plafon utang negara. Tanpa persetujuan itu dana kesehatan dan jaminan sosial tidak bisa dibayarkan lagi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News