Virus Taki

Oleh: Dahlan Iskan

Virus Taki
Dahlan Iskan (Disway). Foto: Ricardo/JPNN.com

Di Jepang seluruh anggaran proyek memang jadi proyek. Tidak ada, misalnya, yang mengalir seperti air Bengawan Solo yang sampai jauh. Pun ke mana-mana.

Di sana review bisa lebih fokus ke manfaat dan tepat sasaran.

Memang program review ini tidak mempersoalkan ada atau tidaknya sebagian anggaran yang mengalir ke Bengawan Solo. Review ini hanya khusus menilai tepat tidaknya sasaran. Lalu bermanfaat atau tidak bagi rakyat.

Dalam acara satu jam itu dua ahli diminta menilai isi pemaparan kepala desa. Satu dari Bappenas. Satunya lagi dari Universitas Gadjah Mada.

Setelah itu, empat orang perwakilan warga desa memberikan tanggapan. Empat orang itu dipilih secara acak.

Semua itu harus selesai dalam satu jam. Tidak sampai membuat penduduk yang hadir jenuh.

Ada 30 penduduk desa yang diundang untuk mendengarkan semua itu. Mereka juga dipilih secara acak. Mereka harus menilai pembicaraan itu tetapi tidak boleh ikut bicara.

Di akhir acara diedarkanlah formulir. Khusus untuk 30 orang yang tidak boleh ikut bicara.

Setelah berjalan di Jepang lebih 15 tahun, kini dicoba diterapkan di Indonesia. Yang membawa virus itu ke sini adalah seorang wanita bernama Taki Kitada.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News