Wahabisme
Oleh: Dhimam Abror Djuraid
Karena itu, Gus Dur mengatakan ucapan salam ‘’Assalamu alaikum’’ bisa diganti dengan ‘’selamat pagi’’, ‘’selamat siang’’, dan seterusnya.
Gagasan Gus Dur ini dianggap melenceng terlalu jauh, dan bahkan sekalangan kiai-kiai senior NU pun tidak sependapat.
Beberapa ulama NU terkemuka pun menyatakan memisahkan diri dari Gus Dur.
Gus Dur menekankan bahwa Islam perlu menyesuaikan diri dengan kondisi kultural di mana Islam itu ditempatkan.
Sebab, segala keadaan tidak bisa secara literal mengikuti Islam, jusru yang harus dilakukan adalah saling menyesuikan diri dan bagaimana Islam mampu beradaptasi dengan berbagai kondisi kultural yang berbeda-beda sekaligus berubah-ubah.
Dengan kata lain, kehadiran Islam di Indonesia harus bisa menyesuaikan diri dengan cara melakukan akulturasi dengan konteks Indonesia.
Bagaimana pun Gus Dur punya kredensial dan otoritas keilmuan yang mumpuni untuk memperdebatkan gagasan pribumisasi Islam.
Dia menguasai khazanah keilmuan Islam dan khazanah barat dan bisa mengambil sintesa dari pemikiran-pemikiran itu.
Beda dengan HTI dan FPI yang bentuk organisasinya jelas, wahabisme bukan organisasi melainkan sebuah ide dan gerakan.
- 5 Berita Terpopuler: Daftar Verval Honorer BKN Keluar, yang Non-Database Jangan Berharap, soal PPPK Part Time Bagaimana?
- Soal IUU Fishing, RI Tidak Perlu Berkompromi dengan Vietnam
- Bank Dunia Mengakui Indonesia Berhasil Memberantas Kemiskinan Ekstrem
- Presiden Jokowi Diminta Perhatikan Nasib Ribuan Karyawan Polo Ralph Lauren dan Keluarganya
- Ngabalin Berkata Begini soal Grace Natalie & Juri Ardiantoro Jadi Stafsus Presiden Jokowi
- Deinas Geley Minta Arahan Jokowi Untuk Pembangunan Papua Tengah