Waisak, Siddharta, dan Buddha

Waisak, Siddharta, dan Buddha
Warga Tionghoa membersihkan patung di Wihara Buddha Dharma & 8 Pho Sat, Bogor. Foto: Ricardo/JPNN.com

Oleh karena itu, Siddharta tetap menyantap bubur yang disuguhkan seorang perempuan di luar kota Gaya.

Selanjutnya, Siddharta bersumpah menemukan pencerahan atau mati dan bersamadi di bawah pohon bodhi. Dia mengembangkan cara yoga tersendiri, berbeda dari aliran yang sudah ada.

Namun, godaan datang dari makhluk suprnatural bernama Mara. Para Buddhis menganggap Mara merupakan personifikasi kematian, khayalan, dan godaan.

Mara menakuti Siddharta dengan pasukan lelembut yang menyamar sebagai prajurit kejam. Godaan lainnya datang dalam bentuk wanita-wanita pemikat gairah.

Namun, Siddharta berhasil menepis godaan itu. Dia melenyapkan seluruh nafsunya.

Kemenangan atas Mara membawa Siddharta ke tahap pencapaian indra dan batin luar biasa. Dia pun memiliki telepati, kekuatan untuk melayang, bahkan pendengaran dan penglihatan super.

Pencerahan sempurna di bawah pohon bodhi itu menjadi akar istilah Buddha. Selanjutnya, Sidharta lebih dikenal dengan nama Buddha Gautama (menggunakan nama keluarganya) maupun Shakyamuni (Yang Bijaksana).

Setelah pencerahan itu, Buddha menyebarkan ajarannya atau Dhamma. Dia memiliki murid-murid tercerahkan yang dikenal dengan sebutan Arahat.

Waisak merupakan hari raya bagi penganut Buddhisme untuk memperingati kelahiran, pemenangan (ilmu), dan wafatnya Buddha.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News