Wang Buliau
Oleh: Dahlan Iskan
.jpeg)
"Siapa yang mau," ujar Fajar. "Saya saja yang bodoh," tambahnya.
Tentu Fajar tidak bodoh. Hanya hatinya yang teguh. Ngotot. Campur hobi. Dan yang penting: modalnya kuat.
Untuk memelihara Wang Buliau sampai sebesar yang di meja makan itu diperlukan waktu, ups, tujuh tahun. Siapa yang kuat menahan cash flow begitu lama.
Memelihara sapi saja hanya dua tahun. Lele bisa panen hanya dalam 3 bulan.
Fajar beda. Prinsip hidupnya: harus melakukan yang orang lain tidak bisa melakukan.
Ketika umur 28 tahun Fajar sudah beternak ikan Koi. Masih sangat langka ketika itu: 40 tahun lalu. Masih sangat mahal.
Ia pindah ke Wang Buliau sejak Koi sudah tidak eksklusif lagi. Sudah menjadi pasaran. Harganya pun sudah sangat jatuh. Memelihara Koi tidak bergengsi lagi.
Sebelum Koi pun Fajar melakukan pekerjaan yang sulit: membuat sepatu wanita. Sampai menguasai pasar kelas atas. Mengenakan sepatunya meningkatkan gengsi si wanita. Hak paling tinggi yang pernah ia buat: 9 cm.
Anda sudah tahu: wang buliau artinya 'tak terlupakan'. Tetapi Malaysia mengubah itu menjadi nama ikan. Saking enaknya. Seperti halnya durian luwak.
- Mantap! 2 UMKM Binaan Bea Cukai Nunukan Sukses Ekspor Produknya ke Malaysia
- Dokter Konsumen
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Sudirman Cup 2025: Sempat Tertinggal 0-2, Jepang Mengalahkan Malaysia
- Liburan Wu-Yi
- Ibas Ingatkan Pentingnya Perlindungan PMI dan Penguatan Keamanan Perbatasan