Wapres Patung

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Wapres Patung
Wapres Maruf Amin Foto: Ricardo/JPNN.com

SBY pun sering dibuat gerah oleh ulah JK dan memutuskan untuk membuangnya pada periode kedua.

Kapasitas dan kapabilitas JK memang berlebih sebagai wapres. Namun, kapabilitas JK ternyata tidak cukup untuk menjadi presiden. Karena itu JK punya spesialisasi sebagai capres dan memecahkan rekor sebagai satu-satunya tokoh yang menjadi wapres pada dua presiden yang berbeda.

Selama mendampingi Jokowi pada periode pertama performa JK dianggap cukup memuaskan. JK yang kuat dalam memegang portofolio ekonomi bisa memainkan peran yang tepat sebagai pendamping Jokowi.

Ketika Jokowi maju kembali untuk periode kedua dalam pilpres 2019, nama JK masih diperhitungkan. Namun, realitas persaingan politik yang keras memaksa Jokowi mengambil Ma’ruf Amin sebagai upaya untuk mencari dukungan dari pemilih Islam.

Ma’ruf Amin tentu beda dengan JK yang sudah sangat sarat pengalaman. Ma’ruf Amin sering dianggap sebagai pelengkap di pemerintahan Jokowi dengan peran politik yang relatif marginal.

Ma’ruf Amin tidak banyak terlibat dalam memberikan komentar terhadap masalah-masalah aktual. Karena itu para mahasiswa menjulukinya sebagai ‘’The King of Silence’’ karena lebih sering diam.

Kali ini para mahasiswa menyebutnya sebagai Patung Istana karena dianggap tidak pernah bicara dan tidak pernah mengambil inisiatif. Sebutan ini mirip dengan julukan ‘’the king of silence’’ karena sama-sama menganggap wapres lebih sering hening tanpa suara.

Para mahasiswa Unmul bersikukuh dengan sebutan itu dan menolak mencabut posting mereka di medsos. Pemanggilan polisi terhadap mahasiswa justru memantik reaksi keras dari banyak kalangan. Polisi dianggap lebay dengan pemanggilan itu dan dianggap memberangus kebebasan mahasiswa untuk berendapat.

Boediono dianggap sebagai wapres ban serep, dan Ma’ruf Amin sebagai wapres patung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News