Wapres Patung

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Wapres Patung
Wapres Maruf Amin Foto: Ricardo/JPNN.com

Pada periode kedua kepemimpinan SBY, Boediono kemudian diangkat sebagai wakil presiden. SBY sangat pede dalam pilpres 2014 sehingga berani menyingkirkan Jusuf Kalla (JK) yang sebelumnya menjadi wapres.

JK kemudian maju sebagai capres menggandeng Wiranto, tetapi kalah oleh pasangan SBY-Boediono.

Sebagai wapres sekaligus godfather baru Mafia Berkeley seharusnya posisi Boediono kuat. Toh, di akhir masa jabatan Boediono mengakui bahwa posisinya sebagai wapres tidak lebih sebagai ban serep.

Sebutan mafia dan ban serep adalah sebutan yang terkesan merendahkan. Namun, karena kosa kata itu sudah menjadi kosa kata politik umum maka tidak tidak ada nada merendahkan dengan penyebutan itu.

Sekarang pun Menteri Keuangan Sri Mulyani sering disebut sebagai bagian dari Mafia Berkeley, dan Sri Mulyani pun biasa-biasa saja menanggapi sebutan itu.

Jusuf Kalla justru yang tidak sepakat dengan julukan ban serep. Menurut JK jabatan wapres sangat strategis sebagai mitra presiden dalam merumuskan kebijakan nasional. Wapres adalah penguasa kedua dalam hirarki politik nasional. Begitu kata JK.

Semasa menjabat wapres pada periode pertama SBY, JK memang dikenal sangat aktif. Bahkan banyak kalangan menyebut JK sebagai presiden bayangan. Selama berkuasa SBY dikenal sebagai presiden yang sangat hati-hati dalam mengambil keputusan. Karena itu SBY sering disebut lamban dalam mengambil keputusan.

JK sering mengambil inisiatif untuk mengisi kekosongan akibat kelambanan SBY. Sikap JK yang aktif dan penuh inisiatif ini seringkali dianggap melampaui kewenangannya sebagai wapres.

Boediono dianggap sebagai wapres ban serep, dan Ma’ruf Amin sebagai wapres patung.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News