Warga dan 65 Murid SD Disandera

Warga dan 65 Murid SD Disandera
PATROLI - Salah satu kelompok militan bersenjata di Mindanao saat tengah berpatroli. Foto: AFP Photo.
Di samping pemberontak komunis, kelompok pejuang muslim juga menuntut kemerdekaan dan berpisah dari negara Filipina sejak 1970-an. Sekitar 150 ribu orang telah menjadi korban sejak perlawanan kelompok pemberontak tersebut.

Di kesempatan terpisah, menghadapi sejumlah perlawanan pemberontak yang semakin intensif, Manila melakukan negosiasi dengan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF), sejak Rabu (9/12) lalu. Perundingan itu rencananya akan menyepakati perpanjangan masa masa kerja Tim Monitoring Internasional. Dalam pernyataan bersama yang dirilis Departemen Luar Negeri Filipina, kedua belah pihak menyatakan perlunya perpanjangan masa kerja IMT, untuk melanjutkan menciptakan kondisi keamanan dan stabilitas wilayah.

Ikut menjadi mediator dalam negosiasi tersebut adalah sejumlah anggota IMT, seperti Jepang, Brunei, Libya, serta beberapa LSM di antaranya Komisi Internasional Palang Merah. Kaukus Rakyat Mindanao, serta Pasukan Perdamaian Anti-Kekerasan. Mereka yang hadir di antaranya adalah Duta Besar Jepang untuk Malaysia, Masahiko Horie, serta Komisioner Tinggi Inggris untuk Malaysia, Boyd McCleary. Sementara Indonesia diwakili oleh Prof Dr Din Syamsuddin dan Dr Sudibyo Markus dari Muhammadiyah. Mereka bernaung di bawah bendera International Contact Group atau ICG.

Sebelum kegagalan negosiasi damai terakhir, IMT bertugas untuk memonitor proses gencatan senjata, rehabilitasi, tugas kemanusiaan, serta pembangunan dan perlindungan warga sipil. Pihak-pihak yang bernegosiasi juga menyepakati pembentukan Komponen Perlindingan Sipil di tubuh IMT dan pengaktifan kembali Kelompok Kerja Ad Hoc Ahjag.

ZAMBOANGA - Kawasan Filipina Selatan kian tak kondusif. Buktinya, kelompok bersenjata diberitakan baru saja menculik 65 murid sekolah dasar, guru

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News