Warga Desa Ini 2 Persen Tunarungu-Wicara tapi Bebas Bercerita Apa Saja

Warga Desa Ini 2 Persen Tunarungu-Wicara tapi Bebas Bercerita Apa Saja
Ketut Kanta (kiri) bercerita di hadapan warga kolok di tempat berkumpul, Kawasan ekonomi Masyarakat Kolok Bengkala, Minggu (16/7). FOTO: BAYU PUTRA/JAWA POS

”Saya menduga, pada zaman dulu di desa ini banyak terjadi perkawinan inses (sedarah),’’ terangnya.

Menurut Sundani, kelainan genetik pada warga kolok tergolong tak lazim. Ada laki-laki kolok yang menikah dengan perempuan normal, anak-anaknya lahir normal. Ada yang menikah dengan sesama kolok, dua anaknya kolok, tapi anak ketiga normal.

Persoalannya, biaya penelitian genetika sangat mahal. ’’Saya sedang mencoba berkomunikasi dengan Pertamina untuk mensponsori penelitian itu,’’ tutur Sundani yang sejak 2014 rutin ke Bengkala dalam rangka kerja sama dengan Pertamina yang meluncurkan program KEM.

Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng belum bisa dikonfirmasi mengenai fenomena kolok di Desa Bengkala.

Namun, ada satu puskesmas yang selama ini menjadi rujukan penduduk Bengkala, termasuk warga tunarungu-wicara. Yakni, Puskesmas Kubutambahan 1 yang berjarak sekitar 4 kilometer dari desa tersebut.

Plh Kasubbag TU Puskesmas Kubutambahan 1 Nyoman Suendra menjelaskan, warga kolok tidak pernah memeriksakan pendengaran maupun kemampuan berbicara mereka. ’’Biasanya hanya periksa kalau sakit yang lain,’’ tutur dia.

Bisa jadi, itu karena kolok di Bengkala tak menganggap gangguan bicara dan pendengaran tersebut sebagai penyakit. Sebab, sehari-hari mereka diperlakukan setara di lingkungan tempat tinggal.

Bebas bercerita kepada siapa saja. Tentang apa saja. Mulai Gua Gajah sampai ternak sapi dan kambing. (*/c10/ttg)


Hampir semua penduduk bisa memahami bahasa isyarat yang dikembangkan sendiri oleh warga tunarungu-wicara di Bengkala Kecamatan Kubutambahan, Buleleng,


Redaktur & Reporter : Soetomo

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News