Warga Indonesia Memilih Hadapi Pandemi Corona dengan Semangat Gotong Royong

Lewat unggahannya di Twitter, Budhi juga mendapat banyak masukan soal pembuatan baju APD, mulai dari modul pembuatan, pola, sampai standar kualitas bahan yang disyaratkan WHO.

"Saat saya baca dan pelajari, memang ternyata rumit. Tapi bisa dikerjakan," ucapnya yang juga keluar-masuk toko kain untuk menemukan bahan yang sesuai.
Prototipe baju hazmat kemudian dibawa Budhi ke para dokter untuk dicoba, sambil menerima masukan untuk menyempurnakan baju hazmat jahitannya.
"Setelah semua dokter … menyatakan, 'oke, [baju] ini sudah aman dan nyaman digunakan' barulah saya mulai memproduksi dalam jumlah banyak untuk disumbangkan kepada para tenaga kesehatan di Yogya," ujarnya.
Untuk pengujian kualitas dan keamanan, Budhi juga sudah mengirimkan baju jahitannya ke Pusat Pencegahan Penyakit Menular dan Balai Besar Tekstil milik Kementerian Perindustrian.
Sudah melibatkan 62 penjahit
Budhi menilai sebenarnya tugas negara untuk memastikan ketersediaan APD, sebagai 'alat perang' bagi para tenaga kesehatan ini di seluruh pelosok Indonesia.
Tapi ia memilih untuk membuat baju hazmat dengan keterlibatan komunitas Majelis Mau Jahitin (Mamajahit).
Gotong royong, salah satu identitas budaya bangsa Indonesia, telah membuktikan sebagai modal bersama dalam menghadapi pandemi virus corona
- Dunia Hari Ini: Amerika Serikat Sepakat untuk Membangun Kembali Ukraina
- Realisasi Investasi Jakarta Triwulan I-2025 Capai Rp 69,8 Triliun, Tertinggi di Indonesia
- Ibas Tegaskan Indonesia dan Malaysia Tak Hanya Tetangga, Tetapi..
- Dunia Hari Ini: Pakistan Tuding India Rencanakan Serangan Militer ke Negaranya
- Dunia Hari Ini: PM Terpilih Kanada Minta Waspadai Ancaman AS
- Amnesty International: Praktik Otoriter dan Pelanggaran HAM Menguat di Indonesia